Bagikan:

JAKARTA - Jaringan pipa bahan bakar terbesar di Amerika Serikat (AS), Colonial Pipeline menutup operasinya karena serangan siber Ransomware. Itu menyoroti bagaimana serangan dunia maya semakin menjadi ancaman bagi infrastruktur dunia nyata.

Diketahui, Colonial Pipeline merupakan perusahaan yang mengirimkan produk minyak sulingan seperti bensin, solar, bahan bakar jet, minyak pemanas rumah dan bahan bakar untuk Militer AS.

Bermula saat perusahaan menemukan seluruh jalur pipanya tidak aktif alias offline, kemudian Colonial Pipeline mengidentifikasi pada Jumat kemarin bahwa sistem IT-nya telah terinfeksi virus Ransomeware.

"Pada 7 Mei, Perusahaan Colonial Pipeline mengetahui bahwa itu adalah korban serangan keamanan siber. Sebagai tanggapan, kami secara proaktif membuat sistem tertentu offline untuk menampung ancaman, yang telah menghentikan sementara semua operasi jalur pipa, dan memengaruhi beberapa sistem IT kami," ungkap perusahaan seperti dikutip dari ZDNet, Minggu 9 Mei.

"Setelah mengetahui masalah ini, firma keamanan siber pihak ketiga terkemuka dilibatkan, dan mereka telah meluncurkan penyelidikan ke dalam sifat dan ruang lingkup insiden ini, yang sedang berlangsung. Kami telah menghubungi penegak hukum dan agen federal lainnya," imbuhnya.

Ransomware biasanya bekerja dengan mengenkripsi komputer korban, dan kemudian menuntut beberapa bentuk pembayaran, biasanya dengan cryptocurrency dan pelaku akan memberikan imbalan kunci digital untuk memulihkan file.

Terkadang ada peretas yang bertanggung jawab atas Ransomware sebenarnya menyerahkan kunci dekripsi, tetapi jarang ditemukan. Sebagai catatan, Ransomware paling terkenal dalam beberapa tahun terakhir adalah WannaCry.

Saat ini, perusahaan tengah melakukan perdebatan tentang apakah mereka akan membayar penyerang atau tidak, dengan sebagian besar pejabat dan pakar berpihak pada tidak pernah membayar.

"Colonial Pipeline mengambil langkah untuk memahami dan menyelesaikan masalah ini. Saat ini, fokus utama kami adalah pemulihan layanan kami secara aman dan efisien dan upaya kami untuk kembali beroperasi normal," ujar pihak Colonial Pipeline.

Sementara, Washington Post melaporkan bahwa pejabat yang tidak disebutkan namanya percaya bahwa kelompok kriminal yang berbasis di Eropa Timur dengan nama DarkSide bertanggung jawab atas serangan pipa tersebut.