Bagikan:

JAKARTA - Dalam acara tahunan The Check Up yang digelar pada 18 Maret 2025, Google mengumumkan enam inovasi kecerdasan buatan (AI) terbaru yang bertujuan membantu masyarakat mendapatkan informasi kesehatan yang lebih akurat. 

Pertama, dengan teknologi AI Overviews yang diperbarui, pengguna dapat memperoleh jawaban yang lebih relevan dan mendetail terkait berbagai kondisi kesehatan, termasuk penyakit langka. Google juga memperkenalkan fitur "What People Suggest", untuk membantu pengguna menemukan pengalaman dan saran dari orang lain yang memiliki kondisi serupa. 

Kedua, untuk mengelola berbagai informasi dari berbagai sumber kesehatan, Google meluncurkan Medical Records API secara global di Health Connect, yang memungkinkan aplikasi membaca dan menulis informasi rekam medis, seperti alergi, obat-obatan, imunisasi, dan hasil laboratorium, dalam format standar FHIR. 

Selanjutnya, fitur Loss of Pulse Detection pada Pixel Watch 3, akan diluncurkan di AS setelah sebelumnya tersedia di 14 negara lainnya. Fitur ini dapat mendeteksi jika penggunanya mengalami kehilangan denyut nadi. Jadi, jika pengguna tidak merespons, jam tangan ini secara otomatis akan menghubungi layanan darurat.  

Google juga memperkenalkan AI Co-Scientist, sebuah sistem berbasis Gemini 2.0 yang dapat membantu peneliti menganalisis literatur ilmiah dalam jumlah besar dan menghasilkan hipotesis baru. Menariknya, alat ini telah diuji coba oleh para peneliti di Imperial College London, Houston Methodist, dan Stanford University. 

“Misalnya, jika peneliti ingin memahami penyebaran mikroba penyebab penyakit, AI Co-Scientist akan mengusulkan hipotesis yang dapat diuji, termasuk ringkasan literatur ilmiah yang relevan serta pendekatan eksperimental yang mungkin dilakukan,” tulis Google dalam blog resminya. 

Tidak hanya itu, Google juga akan menghadirkan TxGemma, kumpulan model terbuka berbasis Gemma yang dirancang untuk membantu meningkatkan efisiensi penemuan obat berbasis AI, melalui Health AI Developer Foundations. 

TxGemma diklaim dapat memahami teks biasa serta struktur berbagai entitas terapeutik, seperti molekul kecil, bahan kimia, dan protein, sehingga memungkinkan peneliti mengajukan pertanyaan untuk memprediksi sifat penting dari calon terapi baru, seperti tingkat keamanan atau efektivitasnya. 

Terakhir, bekerja sama dengan Princess Máxima Center di Belanda, Google membantu mengembangkan Capricorn, alat AI yang mempercepat identifikasi pengobatan kanker yang dipersonalisasi untuk anak-anak.

Menggunakan model Gemini, Capricorn mampu menganalisis data medis dalam jumlah besar dan menghasilkan ringkasan opsi pengobatan yang dapat membantu dokter dalam membuat keputusan terbaik bagi pasien mereka.