JAKARTA - Satelit Nusantara Dua yang rencananya akan lepas landas dari Xichang Satellite Launch Center (XLSC) di Xichang, China, pada pukul 19.46 waktu setempat gagal mengorbit. Laporan menyebut terjadinya anomali sebagai penyebab kegagalan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengungkapkan bahwa satelit Nusantara Dua tadinya akan menggantikan Palapa D yang saat ini tengah berada di orbit dan melayani 23 lembaga penyiaran televisi dan delapan radio. Diketahui, satelit Palapa D sudah memiliki batas waktu pemakaian hingga tahun ini.
"Satelit Palapa D yang terletak di orbit 113 derajat Bujur Timur saat ini sedang melayani 23 lembaga penyiaran televisi dan 8 radio yang akan deorbit pada akhir Juli 2020 ini," jelas Johnny dalam konferensi pers secara online.
Maka dari itu, pemerintah menggandeng Indosat Ooredoo, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) dan PT Pintar Nusantara Sejahtera (Pintar) mencari cara agar penyiaran di Indonesia masih tetap berjalan lancar, meski satelit Nusantara Dua gagal mengorbit.
Kominfo juga akan menyampaikan di Uni Telekomunikasi Internasional (ITU) agar Indonesia tetap dapat hak menggunakan orbit setelah mengalami kegagalan peluncuran. "Untuk itu, Indosat Ooredoo bekerjasama dengan mitranya PT Pasifik Satelit Nusantara untuk meletakkan satelit baru di orbit 113 derajat Bujur Timur," kata Johnny.
"Kami juga sudah bicarakan dengan Menteri BUMN, untuk menggunakan segala satelit telekomunikasi untuk memastikan layanan broadcast Indonesia dapat digunakan dengan baik. Kami sudah membicarakan dengan indosat dan PSN, akan dilakukan berbagai kebijakan. Untuk memastikan tidak terjadi interupsi pelayanan satelit kepada perusahaan penyiaran,” tambah Johnny.
Diketahui, Indosat Ooredoo, PSN, dan Pintar membentuk PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS) untuk peluncuran dan pengoperasian satelit Nusantara Dua. PSNS pun melakukan kerjasama untuk untuk pembelian satelit dengan produsen satelit China Great Wall Industry Corporation (CGWIC) pada Februari 2019 lalu.
Satelit Nusantara Dua akan dimanfaatkan Indosat Ooredoo sebagai penyedia jasa satelit untuk menunjang bisnis media broadcasting di Indonesia. Direktur Utama Pasifik Satelit Nusantara Adi Rahman Adiwoso mengungkapkan bagaimana kegagalan peluncuran itu bisa terjadi.
BACA JUGA:
Proses peluncuran satelit Nusantara Dua menggunakan roket pendorong Long March 3B yang berjalan dengan baik dari stage satu dan dua. Namun di saat memasuki stage ketika tiba-tiba salah satu roket pendorongnya pun tidak berfungsi.
"Saat Satelit Nusantara Dua kemarin meluncur dari China, stage ketiga memiliki dua roket, yang mana salah satunya tidak menyala sehingga tidak punya kecepatan cukup untuk masuk orbit. Ketinggian satelit hanya 170 KM sehingga satelit jatuh ke laut, dan tidak bisa diselamatkan. Satelit tersebut hilang, tidak bisa dipergunakan,” kata Adi dalam konferensi pers bersama Johnny.
Tetapi, Adi menyatakan bahwa Nusantara Dua telah dilindungi oleh asuransi yang sepenuhnya memberikan perlindungan atas risiko atau gagalnya peluncuran dan operasional satelit. Karena satelit Palapa D masih laik beroperasi, Chief Business Officer Indosat Ooredoo Bayu Hanantasena menjamin layanan koneksi akan tetap lancar, meski satelit Nusantara Dua gagal mengorbit.
"Palapa D saat ini masih beroperasi 100 persen. Tidak ada dampak sama sekali, tetapi karena sebentar lagi memasuki end of life, maka sebagai contigency plan, kami memastikan layanan tetap berjalan. Kami merencanakan rencana kontinuitas bisnis untuk mencari satelit pengganti," tutup Bayu.
Setelah ini, Kominfo dan para perusahaan swasta tersebut akan mempersiapkan proposal pengajuan persiapan satelit pengganti hingga selambatnya 15 Juni mendatang. Tetapi sebelum itu, Kominfo akan mengadakan sidang dengan ITU dalam waktu dekat.