JAKARTA - OpenAI sedang mempertimbangkan untuk memberikan hak suara khusus kepada dewan non-profitnya guna mempertahankan kekuasaan direksi, seiring dengan upaya perusahaan kecerdasan buatan tersebut menangkis upaya pengambilalihan oleh Elon Musk. Laporan dari Financial Times pada Selasa 18 Februari mengungkapkan bahwa langkah ini masih dalam tahap evaluasi.
Menurut sumber yang memiliki pengetahuan langsung tentang diskusi internal perusahaan, CEO OpenAI, Sam Altman, dan para anggota dewan tengah meninjau langkah-langkah tata kelola baru seiring dengan transisi perusahaan ke struktur for-profit yang lebih tradisional.
Meskipun belum ada keputusan resmi, langkah ini berpotensi membantu OpenAI dalam menghalau upaya pengambilalihan paksa di masa mendatang, termasuk dari Musk, yang sebelumnya turut mendirikan perusahaan bersama Altman sebelum akhirnya meninggalkannya.
BACA JUGA:
Pada Jumat 14 Februari, OpenAI menolak tawaran akuisisi senilai 97,4 miliar dolar AS (Rp1.5 kudriliun) dari konsorsium yang dipimpin oleh Musk. Perusahaan menegaskan bahwa mereka tidak dijual dan menolak semua tawaran di masa depan sebagai tindakan yang tidak tulus.
Musk telah lama menyuarakan keprihatinannya terhadap arah OpenAI, terutama setelah perusahaan tersebut semakin berorientasi pada keuntungan dalam usahanya mencari pendanaan untuk tetap bersaing di industri kecerdasan buatan yang semakin ketat.
Jika diterapkan, hak suara khusus ini akan memungkinkan dewan non-profit OpenAI untuk mengesampingkan keputusan investor besar, termasuk raksasa teknologi seperti Microsoft dan SoftBank, sehingga memastikan dewan tetap memiliki kendali atas keputusan strategis perusahaan.