Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan pertambangan Bitcoin asal Amerika Serikat, CleanSpark, baru saja mencapai tonggak bersejarahnya dalam menambang Bitcoin dengan melampaui 10.000 BTC. Jumlah tersebut bernilai sekitar 930 juta dolar AS (Rp14,4 triliun). 

CleanSpark kini menjadi salah satu perusahaan publik terbesar di dunia yang mengelola Bitcoin. Dalam pengumumannya pada Kamis 9 Januari, perusahaan ini menegaskan komitmennya terhadap pertumbuhan strategis dan manajemen keuangan yang disiplin melalui pencapaian tersebut.

 "Melampaui angka 10.000 Bitcoin menunjukkan dedikasi CleanSpark terhadap keunggulan operasional, pertumbuhan yang terencana, serta manajemen modal yang bijak," kataCEO CleanSpark, Zach Bradford. 

Pada  Desember 2024, CleanSpark tercatat berhasil meraih rata-rata hash rate sebesar 35,52 EH/s, yang menghasilkan total hadiah 21,56 BTC. Meski begitu, perusahaan tersebut menjual 12,65 Bitcoin pada harga rata-rata sedikit lebih dari 101.000 dolar AS (Rp1,56 miliar) pada bulan yang sama.

Pertumbuhan cadangan Bitcoin CleanSpark dipengaruhi secara signifikan oleh ekspansi operasional mereka di beberapa negara bagian AS, termasuk Wyoming. Dengan status "pemegang paus" atau whale holder, CleanSpark menunjukkan kepercayaan diri terhadap strategi keuangan mereka, yang bertujuan untuk mengatasi inflasi melalui aset digital ini. 

"Kami berkomitmen untuk menggunakan Bitcoin yang kami miliki sesuai dengan prinsip manajemen risiko yang baik dan strategi modal yang disiplin," ungkap Gary Vecchiarelli, CFO CleanSpark.

Perusahaan ini juga mencatatkan korelasi yang tinggi antara harga saham CleanSpark (CLSK) dengan pergerakan harga Bitcoin. Dalam tiga bulan terakhir, harga saham CleanSpark melonjak sekitar 14%, menjadi sekitar 10,09 dolar AS (Rp156.000) per saham pada Kamis lalu. 

Bradford  memperkirakan harga Bitcoin dapat mencapai 200.000 dolar AS (Rp3,1 miliar) dalam beberapa bulan ke depan, seiring dengan meningkatnya minat dari negara-negara dan investor institusional.