JAKARTA - Demi keberlanjutan penambangan Bitcoin, Marathon Digital Holdings, perusahaan penambang Bitcoin terbesar di Amerika Serikat, membeli ladang angin berkapasitas 114 megawatt (MW) di Hansford County, Texas. Ladang angin ini akan digunakan untuk mengoperasikan kegiatan penambangan Bitcoin lewat energi terbarukan dalam operasinya.
Berdasarkan dokumen yang diajukan ke Komisi Regulasi Energi Federal AS (FERC), ladang angin ini hanya akan digunakan untuk operasi penambangan ketika energi angin tersedia. Dengan pendekatan ini, Marathon berharap mengurangi ketergantungan pada jaringan listrik konvensional dan memanfaatkan sumber daya energi yang ramah lingkungan.
CEO Marathon, Fred Thiel, menjelaskan bahwa operasi ini dirancang untuk memanfaatkan energi dengan biaya nol marjinal. Selain itu, peralatan penambangan generasi lama akan digunakan, yang akan memberikan kesempatan kedua bagi perangkat keras yang sebelumnya dianggap tidak lagi ekonomis.
Dikutip dari Coinspeaker, Thiel mengatakan, “Kami memindahkan pasar ke tempat energi tersedia, bukan memindahkan energi ke tempat pasar berada.” Ia juga menambahkan bahwa ladang angin ini akan beroperasi sekitar 30% dari waktu yang ditentukan, tergantung pada ketersediaan angin. Operasi dihentikan saat angin lemah untuk menjaga efisiensi energi dan mengurangi jejak karbon.
BACA JUGA:
Marathon Digital melakukan hal ini di tengah meningkatnya persaingan penggunaan energi dengan perusahaan teknologi besar, khususnya dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang memerlukan daya listrik dalam jumlah besar. Marathon berusaha mencari solusi alternatif, seperti energi angin dan surya, untuk tetap kompetitif di pasar penambangan Bitcoin yang semakin menuntut efisiensi.
Transaksi ini diharapkan selesai pada kuartal pertama 2025. Marathon juga mengisyaratkan potensi akuisisi ladang angin dan surya lainnya sebagai bagian dari strategi keberlanjutan jangka panjang mereka.
Hingga akhir November 2024, Marathon memiliki cadangan 34.959 BTC senilai sekitar 3,3 miliar Dolar AS (Rp52,6 triliun). Padahal sebelumnya, perusahaan ini juga menggalang dana sebesar 700 juta Dolar AS (Rp11 triliun) untuk mendanai membeli Bitcoin tambahan.