Bagikan:

JAKARTA - Pada Jumat, 18 Oktober, BTC menembus angka 68.000 dolar AS (Rp1,05 juta) untuk pertama kalinya sejak 29 Juli tahun ini. Melihat kenaikan ini, banyak investor meyakini potensi BTC menembus angka 70.000 dolar AS atau sekitar Rp1,08 miliar.

Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan bahwa penguatan ini didorong oleh masuknya arus dana ke ETF Bitcoin serta perkembangan politik di Amerika Serikat, khususnya terkait spekulasi bahwa Donald Trump berpotensi terpilih kembali sebagai Presiden AS.

Karena menurutnya, jika Trump terpilih kembali, diharapkan ia akan melonggarkan regulasi kripto, termasuk kemungkinan memberhentikan Ketua SEC, Gary Gensler, yang dikenal memperketat regulasi kripto di AS.

Melansir platform taruhan Polymarket, peluang kemenangan Trump dalam Pemilu Presiden AS terus meningkat, dari 54,7 persen pada 14 Oktober menjadi 58,5 persen pada 17 Oktober 2024. 

“Kemenangan Trump dianggap sebagai faktor positif bagi BTC, karena investor mengantisipasi regulasi yang lebih longgar dan lebih ramah terhadap kripto,” jelas Fyqieh dalam keterangan tertulisnya.

Selain faktor politik, Fyqieh mengatakan arus masuk dana ETF Bitcoin juga turut mendongkrak harga. Pada 14 Oktober, arus masuk bersih ETF Bitcoin di AS mencapai 371 juta dolar AS (Rp5,7 triliun).

Meski sentimen pasar saat ini sangat positif, Fyqieh juga mengingatkan adanya risiko, termasuk potensi penjualan besar-besaran BTC oleh pemerintah AS yang masih memegang lebih dari 203.000 BTC. 

Penjualan ini dapat memberikan tekanan pada harga Bitcoin di masa depan. Namun, optimisme terhadap regulasi yang lebih longgar dan kuatnya arus masuk ETF diharapkan dapat menahan risiko ini.

"Jika harga Bitcoin berhasil menembus level resistensi 69.000dolar AS (Rp1,06 miliar), ada peluang besar bagi Bitcoin untuk mencapai 70.000 dolar aS (Rp1,08 miliar dalam waktu dekat," tandasnya.