Bagikan:

JAKARTA - Uniswap, protokol keuangan terdesentralisasi (DeFi), mengumumkan peluncuran Unichain, blockchain baru berbasis Ethereum. Sontak saja, peluncuran ini mendongkrak nilai token UNI hingga 10% pada hari Kamis 10 Oktober kemarin. Unichain memungkinkan pengguna yang melakukan staking token UNI untuk berbagi pendapatan yang dihasilkan dari protokol Uniswap.

Berdasarkan data dari DefiLlama, Uniswap kini menempati posisi ketujuh di dunia DeFi dengan total simpanan hampir 4,5 miliar dolar AS (Rp67,5 triliun). Sejak diluncurkan hampir enam tahun lalu, Uniswap telah mengumpulkan lebih dari 3,8 miliar dolar AS (Rp57 triliun) dalam bentuk biaya transaksi. Token UNI berfungsi sebagai token tata kelola yang memberikan hak suara kepada pemegangnya, dengan hampir 400.000 dompet kripto terdaftar sebagai pemilik token ini.

Melansir DLNews, para pemegang UNI selama ini menginginkan pembagian pendapatan dari protokol. Mereka mendukung pengaktifan “fee switch” yang dinilai akan memberikan keuntungan bagi investor UNI. Namun, berbagai proposal untuk mengimplementasikan langkah ini mengalami hambatan akibat kekhawatiran akan potensi pelanggaran hukum sekuritas di AS.

Sebuah proposal baru-baru ini yang bertujuan mengaktifkan fee switch dirancang untuk mengalihkan sebagian pendapatan Uniswap kepada pemegang UNI yang mendelegasikan token mereka untuk digunakan dalam tata kelola protokol. Meskipun demikian, pada bulan Mei, Uniswap Foundation membatalkan pemungutan suara terkait fee switch pada hari yang telah ditentukan, dengan alasan perlunya penelitian lebih lanjut.

Dengan diluncurkannya Unichain, Uniswap diharapkan dapat memanfaatkan jaringan validator terdistribusi untuk memproses transaksi. Pengguna yang melakukan staking UNI akan mendapatkan imbalan, meskipun hal ini tidak akan menggantikan pentingnya fee switch. Kini Unichain sudah aktif dites di jaringan Ethereum, dan versi finalnya dijadwalkan untuk diluncurkan di jaringan utama sebelum akhir tahun ini.