Bagikan:

JAKARTA - Meta, perusahaan media sosial raksasa asal Amerika Serikat, mengumumkan telah menghapus sekitar 8.000 iklan scam yang menggunakan gambar selebritas di Facebook dan Instagram. Langkah ini merupakan bagian dari upaya bersama dengan bank-bank Australia untuk menekan praktik penipuan yang kian marak.

Penipuan ini biasanya memanfaatkan gambar selebritas yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan untuk menipu konsumen agar berinvestasi dalam skema investasi palsu. Sejak April, Meta telah menerima 102 laporan dari Australian Financial Crimes Exchange, sebuah badan intelijen yang dikelola oleh bank-bank besar di Australia.

Masalah penipuan ini tidak hanya terjadi di Australia, tetapi Meta menghadapi tekanan yang lebih besar di negara tersebut, terutama dengan adanya rencana pemerintah untuk memperkenalkan undang-undang anti-penipuan baru. RUU tersebut akan menetapkan denda hingga  50 juta dolar Australia (sekitar Rp520 miliar) bagi perusahaan media sosial, keuangan, dan telekomunikasi yang gagal menindak tegas penipuan.

Jumlah laporan penipuan di Australia naik hampir 20% pada 2023 dengan total kerugian mencapai 2,7 miliar dolar Australia. Sebelumnya, pada 2022, Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) juga menggugat Meta karena dianggap gagal menghentikan iklan cryptocurrency yang menggunakan gambar selebriti seperti Mel Gibson, Russell Crowe, dan Nicole Kidman.

Meta juga tengah menghadapi gugatan lain dari miliarder pertambangan asal Australia, Andrew Forrest, yang menuduh perusahaan tersebut memfasilitasi ribuan iklan palsu yang menampilkan wajahnya. Forrest telah memperingatkan Meta tentang penipuan ini sejak 2019, namun kerugian terus berlanjut.

David Agranovich, Direktur Disrupsi Ancaman Meta, menyatakan bahwa kerja sama dengan bank-bank Australia masih dalam tahap awal. "Sinyal yang bernilai tinggi dalam jumlah kecil dapat membantu kami mengidentifikasi penipuan yang lebih luas," katanya.

Saat ditanya tentang pandangan Meta terkait rancangan undang-undang anti-penipuan di Australia, Agranovich menyebut bahwa perusahaan masih mempelajari peraturan tersebut dan akan memberikan tanggapan lebih lanjut di kemudian hari.

Rhonda Luo, Kepala Strategi di Australian Financial Crimes Exchange, menekankan pentingnya inisiatif industri ini untuk mengantisipasi penipuan sebelum regulasi diterapkan.