JAKARTA - Apple kini tengah menghadapi tantangan besar dari persaingan di pasar headset mixed-reality, terutama dengan meningkatnya popularitas lini produk Quest dari Meta. Dengan hadirnya headset Quest 3S yang dihargai sepuluh kali lebih murah dibandingkan Apple Vision Pro, perusahaan raksasa teknologi asal Cupertino ini harus mempertimbangkan kembali arah masa depan perangkat Vision Pro mereka.
Dalam sebuah laporan terbaru dari Bloomberg pada Minggu 29 September, grup produk Apple Vision sedang mengevaluasi beberapa opsi untuk pengembangan headset mereka.
Salah satu opsi yang paling mungkin diambil adalah mempertahankan Vision Pro sebagai model premium, namun diiringi dengan peluncuran edisi yang lebih murah. Headset versi terjangkau ini akan menggunakan material yang lebih ekonomis, namun Apple tetap dapat meluncurkan model Pro generasi kedua dengan peningkatan performa pemrosesan dan fitur.
Selain itu, Apple juga tengah mempertimbangkan untuk mengembangkan headset yang lebih menyerupai tampilan layar pintar. Dengan menghapus elemen komputer dan baterai eksternal, headset ini akan menjadi lebih ringan dan lebih murah untuk diproduksi, sementara pemrosesan akan dialihkan ke iPhone yang terhubung.
BACA JUGA:
Apple juga mungkin memilih untuk mengikuti jejak Meta yang berkolaborasi dengan Ray-Ban dalam mengembangkan kacamata pintar, namun dengan ciri khas Apple. Bahkan, ada spekulasi bahwa perusahaan sedang mengembangkan AirPods Pro dengan kamera eksternal dan kecerdasan buatan, yang dapat menawarkan fungsi serupa dengan kacamata pintar.
Pilihan terakhir, yang dianggap sebagai "Holy Grail," adalah menciptakan kacamata augmented reality (AR) dengan semua fitur canggih. Ini mencakup lensa berperforma tinggi, baterai, komputer onboard, kamera, pelacak mata, dan fitur lainnya dalam bentuk bingkai kacamata standar. Namun, pengembangan ini sempat dihentikan karena terlalu sulit untuk direalisasikan saat ini.
Opsi terakhir ini dikabarkan menjadi impian CEO Apple, Tim Cook, meski Apple sebelumnya telah menunda pengembangannya karena tantangan teknologi yang masih harus dihadapi