Bagikan:

JAKARTA - Berkat teknologi, masyarakat semakin dimudahkan untuk mengakses informasi dimana pun dan kapan pun. Namun ada sisi gelap dari transformasi digital, seperti serangan siber dan penipuan digital.

Sebagai pakar keamanan siber terkemuka, Mikko Hyppönen mengupas sisi gelap dari perubahan teknologi, terutama kehadiran AI Generatif, yang tidak hanya menawarkan banyak manfaat dan inovasi, tetapi juga membawa tantangan baru.

“Tidak seperti revolusi teknologi sebelumnya yang berdampak pada pekerja kasar (blue collar) seperti mesin produksi massal, AI generatif menyasar profesi pekerja kantoran (white collar), termasuk pemrograman dan layanan hukum,” ujar Mikko dalam keterangan tertulisnya dikutip Minggu, 22 September.

Lebih lanjut, dalam lanskap keamanan siber saat ini, Mikko menyampaikan bahwa serangan siber kini tidak lagi dilakukan oleh individu, melainkan oleh kelompok-kelompok kriminal yang sangat terorganisir.

Menurutnya, kelompok-kelompok ini memanfaatkan teknologi terbaru, menyesuaikan serangan, dan membentuk kemitraan strategis untuk memaksimalkan keuntungan material.

“Kejahatan siber telah berkembang menjadi sebuah model bisnis layaknya perusahaan-perusahaan pada umumnya,” jelasnya lebih lanjut.

Mikko menekankan, jika organisasi kriminal ini adalah perusahaan yang sah, mereka akan dianggap sebagai unicorn karena pendapatan, profitabilitas, dan pertumbuhannya yang sangat signifikan.

“Namun, berbeda dengan perusahaan teknologi yang sukses, organisasi ini tidak akan pernah melantai di bursa saham atau mencari strategi keluar. Situasi ini menekankan betapa besar skala masalah kejahatan siber saat ini,” pungkasnya.

Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk mengadopsi solusi canggih guna mengatasi ancaman yang dapat membahayakan operasi mereka dan mengancam keamanan pelanggan mereka.