JAKARTA – Kaspersky Antivirus, solusi untuk melindungi perangkat dari berbagai jenis virus dan malware, dilarang untuk beroperasi di AS sejak Juni lalu. Larangan ini akan berlaku pada 29 September mendatang.
Pemerintah AS tidak hanya melarang Kaspersky Antivirus, tetapi juga perangkat lunak lainnya yang dijual oleh perusahaan tersebut. Seluruh warga AS diminta untuk beralih ke penyedia keamanan lainnya karena produk Kaspersky dianggap berisiko.
Menurut pemerintah setempat, Kaspersky mengancam keamanan dan privasi para pengguna di AS karena perusahaannya berada di Rusia.
Alasan ini hampir mirip dengan pernyataan pemerintah saat memaksa TikTok untuk melakukan divestasi dari ByteDance.
Para pejabat khawatir data pengguna Kaspersky di negara mereka dapat diakses dan disalahgunakan oleh pemerintah Rusia untuk kepentingan politik. Karena itu, pemerintah memutuskan untuk melarang penggunaan perangkat lunak dari Kaspersky.
Pengguna Kaspersky Antivirus di AS hanya memiliki waktu dua minggu untuk berhenti menggunakan aplikasi tersebut dan beralih ke aplikasi yang dianggap sangat aman. Pengguna bisa beralih ke Microsoft Defender, Malwarebytes, dan Bitdefender.
BACA JUGA:
Menurut Makeuseof, Bitdefender merupakan pesaing paling ketat yang dihadapi Kaspersky selama bertahun-tahun. Keduanya sama-sama tangguh, tetapi masyarakat lebih sering memilih Kaspersky karena harganya yang sedikit lebih murah.
Dengan diterapkannya larangan produk Kaspersky, Bitdefender dan berbagai penyedia keamanan lainnya mungkin akan meraup lebih banyak keuntungan.
Belum bisa dipastikan perangkat lunak mana yang paling banyak digunakan untuk menggantikan produk Kaspersky.