Bagikan:

JAKARTA - Laporan terbaru VIDA berjudul “Where's The Fraud: Protecting Indonesian Businesses from AI-Generated Digital Fraud” mengungkapkan bahwa ancaman digital di Indonesia meningkat hingga 1.550 persen selama beberapa tahun terakhir.

Di mana, VIDA mengungkapkan bahwa 100 persen pelaku bisnis di Indonesia mengaku khawatir dengan ancaman penipuan berbasis AI (deepfake). Namun, 46 persen dari mereka mengatakan belum memahami tentang cara kerja dari teknologi tersebut.

Niki Luhur selaku Founder dan CEO VIDA Group bahkan meyakini kalau deepfake dan penipuan digital lainnya yang dibuat oleh teknologi AI itu nyata adanya, yang menyebabkan bisnis kehilangan miliaran rupiah karena serangan ini.

Dalam konteks yang lebih luas, laporan ini juga menunjukkan bahwa ancaman penipuan berbasis AI ini telah merambah berbagai sektor, termasuk perbankan dan fintech, deepfake dapat merugikan hingga jutaan dolar.

Sedangkan di sektor multifinance dan pembiayaan konsumen, VIDA melihat di mana pengambilalihan akun dan pemalsuan dokumen menjadi masalah serius, sementara penipuan identitas digital diprediksi bisa menyebabkan kerugian lebih dari 2 miliar dolar AS per tahun.

“Hal ini tidak hanya menyebabkan kerugian finansial, tetapi juga risiko reputasi yang serius,” kata Niki lebih lanjut dalam pernyataannya itu.

Untuk menjawab tantangan ini, VIDA meluncurkan Identity Stack, sebuah solusi komprehensif yang dirancang untuk mengatasi penipuan, terutama dalam transaksi digital di Indonesia.

Solusi ini diklaim mampu menurunkan tingkat penipuan identitas hingga 99,9 persen, memberikan perlindungan yang lebih baik bagi proses bisnis dan memastikan pengalaman pengguna yang lancar.