Bagikan:

JAKARTA - Bersamaan dengan perkenalan VIDA Deepfake Shield, PT Indonesia Digital Identity (VIDA) merilis white paper  “WHAT THE FAKE?: Siapkah Bisnis di Indonesia Melawan Penipuan Deepfake yang Dihasilkan AI?”. 

Berdasarkan survei yang dilakukan VIDA kepada kalangan profesional bisnis di Indonesia, hampir 52 persen responden tidak dapat mengingat deepfake sebagai ancaman utama kecerdasan buatan saat ini. 

Di sisi lain, 34 persen di antara pelaku bisnis di Indonesia tersebut mengaku belum pernah mendengar tentang penipuan deepfake. Bahkan, 90 persen profesional bisnis di Indonesia tidak tahu cara melindungi perusahaan mereka dari penipuan deepfake

Adapun empat industri teratas yang memiliki risiko deepfake paling tinggi adalah Fintech (72 persen), Keuangan (70 persen), E-Commerce (58 persen), dan juga Telekomunikasi (52 persen).

Adapun beberapa dampak yang diakibatkan oleh penipuan berbasis AI seperti deepfake ini menurut VIDA antara lain adalah:

Kerugian Finansial

Verifikasi Identitas secara Real-TimeDeepfake dapat menyebabkan kerugian finansial langsung dari penipuan transaksi, di samping akibat hukum yang mahal dan potensi denda untuk pelanggaran data.

Kerugian Reputasi

Penipuan berbasis AI seperti deepfake, dapat berakibat buruk bagi reputasi perusahaan, yang menyebabkan hilangnya kepercayaan pelanggan dan potensi penurunan bisnis.

Peningkatan Biaya Operasional

Perusahaan sering mengalami kenaikan biaya operasional setelah insiden penipuan deepfake, termasuk investasi dalam teknologi keamanan lebih canggih.

Penyesuaian Kebijakan & Strategi

Perusahaan perlu menyesuaikan strategi keamanan, meningkatkan pengawasan komunikasi media, dan memverifikasi sumber dengan lebih ketat untuk mencegah insiden deepfake di masa depan.