Bagikan:

JAKARTA - Ripple, perusahaan pembayaran lintas batas (cross-border payment), berada di ambang peluncuran stablecoin baru yang nilainya dipatok ke dolar AS. Brad Garlinghouse, selaku CEO Ripple, mengonfirmasi bahwa stablecoin bernama Ripple USD (RLUSD) ini akan segera diluncurkan dalam beberapa pekan lagi.

“Kami saat ini dalam tahap beta tertutup,” kata Garlinghouse dalam diskusi panel di Korea Blockchain Week, Seoul, Korea Selatan, Rabu lalu. “Stablecoin ini disebut Ripple USD atau RLUSD, dan sudah dicetak dalam kerangka tersebut. Peluncurannya akan dilakukan dalam waktu dekat, bukan bulan, tetapi minggu.”

Sebelumnya, pada bulan lalu, Ripple mengumumkan bahwa mereka mulai menguji RLUSD di dua jaringan blockchain. Presiden Ripple, Monica Long, juga menjelaskan bahwa stablecoin ini dirancang untuk melengkapi token XRP, yang selama ini menjadi aset utama Ripple.

“Kami melihat peluang besar setelah 18 bulan lalu, ketika USDC sempat kehilangan patokannya dengan dolar. Kami merasa ini saat yang tepat bagi pemain kredibel seperti Ripple untuk memasuki pasar stablecoin, apalagi kami sudah bekerja sama dengan banyak institusi keuangan,” ujar Garlinghouse.

Saat ini, pasar stablecoin didominasi oleh USDT dan USDC. Berdasarkan data dari The Block, USDT menguasai sekitar 70 persen dari total pasokan stablecoin, sementara USDC mencakup sekitar 21 persen.

Ripple Tidak Minat IPO di AS

Dalam diskusi yang sama, Garlinghouse juga menegaskan bahwa Ripple tidak tertarik untuk melantai di bursa Amerika Serikat melalui penawaran umum perdana (IPO). Alasannya, karena sikap “cukup bermusuhan” dari Securities and Exchange Commission (SEC) terhadap industri kripto.

“SEC sebelumnya memberikan izin kepada Coinbase untuk go public di AS, tetapi sekarang mereka justru menggugat Coinbase atas alasan yang sama yang mereka setujui,” jelas Garlinghouse. “Saran pertama yang saya berikan kepada pengusaha kripto adalah: jangan mendirikan perusahaan di Amerika Serikat. Anda hanya akan menghadapi lebih banyak masalah hukum.”

Gensler Sindir SEC

Garlinghouse optimis bahwa kripto akan terus bertahan siapa pun yang memenangkan pemilu presiden mendatang di AS. “Saya yakin, siapa pun yang terpilih, akan ada perubahan kepemimpinan di SEC AS,” ujarnya. “Saya rasa [Gary Gensler] telah merugikan partainya. Dia adalah seorang Demokrat, dan ini berdampak buruk bagi mereka di siklus pemilu kali ini.”

Garlinghouse juga mengungkapkan bahwa popularitas Gensler menurun di kalangan politisi dari kedua partai. “Saya mendengar itu dengan jelas di Konvensi Nasional Demokrat dan Konvensi Nasional Republik,” tambahnya.

Pada bulan lalu, Ripple diperintahkan untuk membayar denda sebesar 125 juta dolar AS (Rp2 triliun) dalam putusan akhir atas kasus hukumnya dengan SEC—jauh lebih rendah dari tuntutan awal sebesar 2 miliar dolar AS (Rp32 triliun). Ripple dan Garlinghouse menyambut putusan ini sebagai kemenangan besar, terutama setelah pengadilan sebelumnya memutuskan bahwa beberapa penjualan XRP oleh Ripple tidak melanggar undang-undang sekuritas.

“Tidak banyak perusahaan yang bisa melawan tekanan sebesar itu. SEC memiliki kekuasaan yang sangat besar, dan butuh banyak uang serta keyakinan untuk melawan mereka,” kata Garlinghouse. “Namun, sejak awal, kami percaya bahwa kami berada di pihak yang benar secara hukum, dan kami akan tercatat di sisi sejarah yang benar.”