Bagikan:

JAKARTA - Para pemimpin teknologi dan investor di seluruh dunia menanti dengan cemas setelah terjadinya kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank. Pada hari Jumat, 10 Maret, SVB, bank terbesar bagi startup teknologi di Amerika Serikat, mengalami kegagalan akibat penarikan dana senilai setidaknya 42 miliar dolar AS (setara Rp646 triliun).

Hal ini kemungkinan dipicu oleh pernyataan bank pada Rabu lalu bahwa mereka mencari 2,5 miliar dolar AS (Rp38 triliun) untuk memperkuat neraca keuangan mereka. Sementara itu, Signature Bank, bank yang ramah terhadap mata uang kripto yang berbasis di New York, ditutup pada  Minggu 12 Maret oleh Departemen Keuangan AS, Federal Reserve, dan FDIC dengan alasan risiko sistemik.

Menyusul kejadian tersebut, CEO Ripple, Brad Garlinghouse, mengumumkan pada 12 Maret melalui akun Twitternya yang memiliki 700.000 pengikut bahwa Ripple memiliki keterlibatan dengan SVB sebagai mitra perbankan, namun dia menekankan bahwa hal tersebut tidak akan mengganggu bisnis sehari-hari Ripple. Garlinghouse memastikan bahwa Ripple memiliki jaringan bank mitra yang lebih luas dan mayoritas dana mereka disimpan di sana.

“Ripple memiliki beberapa eksposur ke SVB - SVB adalah mitra perbankan, dan menyimpan sebagian saldo kas kami. Untungnya, kami tidak mengharapkan gangguan pada bisnis kami sehari-hari, dan telah memegang sebagian besar USD kami dengan jaringan mitra bank yang lebih luas,” tulis Brad Garlinghouse (@bgarlinghouse) March 12, 2023.

Meski demikian, investor tetap merasa khawatir terhadap dana Ripple yang disimpan di SVB. Garlinghouse tidak mengungkapkan berapa banyak uang yang terdampar di bank yang gagal tersebut. Namun demikian, CEO Ripple menegaskan bahwa sistem keuangan tidak boleh mudah terpengaruh oleh rumor semacam ini.

Menurut laporan Coinspeaker, SVB terpaksa menyerahkan kendali aset-asetnya kepada FDIC. Para regulator melaporkan bahwa mereka sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk mencegah kegagalan bank ini menjadi lebih besar. Pada saat yang sama, Federal Reserve mengumumkan bahwa mereka telah menyiapkan dana sebesar 25 miliar dolar AS untuk membantu bank-bank dengan likuiditas mereka dalam situasi keuangan yang sulit.

Federal Reserve juga menegaskan bahwa semua deposito SVB akan dapat diakses oleh nasabahnya mulai Senin, 13 Maret dan tidak akan ada kerugian yang ditanggung oleh pembayar pajak. Namun, pemegang saham dan obligasi di SVB dan Signature Bank harus merasakan konsekuensi yang tidak menyenangkan. Mereka harus menanggung kehancuran nilai saham dan obligasi mereka.

Kecemasan atas krisis perbankan yang sedang terjadi menyebabkan banyak investor mempertanyakan ketahanan industri cryptocurrency dalam menghadapinya. Namun, para tokoh dan pemimpin industri cryptocurrency menegaskan bahwa bisnis mereka tidak akan terganggu secara signifikan dan mereka memiliki jaringan bank yang lebih luas untuk memastikan kestabilan finansial mereka.

Meski demikian, kejatuhan Silicon Valley Bank dan Signature Bank harus menjadi pengingat bahwa investasi cryptocurrency tetap memiliki risiko seperti investasi pada bisnis lainnya.