Bagikan:

JAKARTA - Saat ini,  di seluruh belahan dunia sedang fokus berdiskusi mengenai pengaturan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang bertanggung jawab. Namun, belum ada kebijakan pasti mengenai hak cipta tentang konten yang dibuat dengan AI. 

Menurut Head of SA, ASEAN, AWS Paul Chen, hingga saat ini beberapa negara masih terus aktif melakukan diskusi tentang aturan AI tersebut. Menurutnya, AI merupakan teknologi baru yang masih harus dipelajari lebih dalam.

"Sebenarnya, kemarin di AS, ada konsorsium yang duduk bersama. Tapi mereka masih dalam diskusi. AI yang dihasilkan masih sangat baru. Tidak ada yang konkret dalam hal legislasi dan semua itu. Jadi itu masih pekerjaan yang sedang berlangsung," kata Paul kepada VOI dalam media workshop dengan AWS pada Selasa, 27 Agustus.

Kendati demikian, Paul menyoroti bagaimana poin penting tentang aturan AI dibuat. Karena menurutnya, bagaimanapun nanti aturan tersebut diimplementasikan, regulasi itu tidak boleh menghalangi inovasi yang dihasilkan AI.

"Tapi satu hal yang sangat menarik yang juga disebutkan, sementara mereka berpikir tentang cara memahami gen-AI dan mengaturnya, mereka juga secara fundamental mengatakan bahwa apa pun regulasi, mereka tidak boleh menghalangi bagian inovatif dari gen-AI," sambungnya.

Lalu, siapa yang akan bertanggungjawab atas konten yang dihasilkan AI? Paul mengungkapkan bahwa selain pelaku atau pengembang, regulator juga memegang peran penting dalam tanggung jawab tersebut.

Dia menganalogikan bagaimana AWS harus bertanggungjawab kepada konsumennya dengan teknologi yang dia miliki, dengan cara membantu pelanggan memahami standar dan juga memberi bantuan di mana standar tersebut seharusnya diadopsi.

"Kami melakukan setengah pekerjaan. Setengah lainnya, kami berikan kepada mereka (pelanggan). Tapi kenyataannya, regulator juga masih bertanggung jawab atas masalah itu sendiri," tandasnya.