JAKARTA - Para pekerja di Google DeepMind dikabarkan telah menandatangani surat yang meminta Google untuk membatalkan kontrak dengan organisasi militer.
Berdasarkan laporan dari Time, kontrak tersebut dirancang pada tanggal 16 Mei tahun ini, dan sudah sekitar 200 orang menandatangani dokumen tersebut, yang berarti lima persen dari total jumlah karyawan DeepMind.
Laporan tersebut juga menyebutkan di mana kontrak Google dengan militer Amerika Serikat dan militer Israel mengizinkan akses ke layanan melalui cloud, dan kabarnya ini mencakup teknologi AI yang dikembangkan oleh DeepMind.
“Keterlibatan apapun dengan manufaktur militer dan senjata memengaruhi posisi kami sebagai pemimpin dalam AI yang etis dan bertanggung jawab, dan bertentangan dengan pernyataan misi dan Prinsip AI yang kami nyatakan,” tulis surat tersebut.
Surat tersebut juga mengatakan bahwa para karyawan yang menandatangani merasa prihatin dengan memastikan bahwa Prinsip AI Google ditegakkan.
Mereka juga menambahkan, “Kami percaya kepemimpinan [DeepMind] memiliki kekhawatiran yang sama dengan kami.”
Seorang juru bicara juga turut mengatakan, bahwa semua karyawan DeepMind telah berusaha mengembangkan teknologi AI dengan prinsip yang bertanggung jawab kepada pelanggan.
BACA JUGA:
“Kami telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kontrak Nimbus ditujukan untuk beban kerja yang berjalan di cloud komersial kami oleh kementerian pemerintah Israel, yang setuju untuk mematuhi Persyaratan Layanan dan Kebijakan Penggunaan yang Dapat Diterima,” ujarnya kepada TIME.
Surat tersebut juga meminta para pemimpin DeepMind untuk menolak akses pengguna militer ke teknologi AI-nya dan mendirikan badan tata kelola internal baru untuk mencegah teknologi tersebut digunakan oleh militer di masa mendatang.
“Pekerjaan ini tidak ditujukan pada beban kerja yang sangat sensitif, terklasifikasi, atau militer yang relevan dengan persenjataan atau layanan intelijen,” tambahnya.