JAKARTA - Google mengumumkan pada Kamis 18 April bahwa mereka telah memberhentikan 28 karyawan setelah sebagian staf itu ikut dalam protes terhadap kontrak cloud perusahaan tersebut dengan pemerintah Israel.
Salah satu unit Alphabet Inc., ini mengatakan bahwa sejumlah kecil karyawan yang melakukan protes telah mengganggu pekerjaan di beberapa lokasi kantor yang tidak disebutkan.
"Menghalangi fisik pekerjaan karyawan lain dan mencegah mereka mengakses fasilitas kami adalah pelanggaran jelas terhadap kebijakan kami, dan perilaku yang benar-benar tidak dapat diterima," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan.
Google mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikan investigasi individual, yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja 28 karyawan, dan akan terus menyelidiki dan mengambil tindakan yang diperlukan.
Dalam sebuah pernyataan di Medium, para pekerja Google yang terafiliasi dengan kampanye No Tech for Apartheid menyebutnya sebagai "tindakan balasan yang mencolok" dan mengatakan bahwa beberapa karyawan yang tidak langsung berpartisipasi dalam protes Selasa lalu juga termasuk di antara mereka yang dipecat oleh Google.
BACA JUGA:
"Pekerja Google memiliki hak untuk secara damai protes tentang syarat dan kondisi kerja kami," tambah pernyataan tersebut.
Faksi yang melakukan protes mengatakan bahwa Proyek Nimbus, kontrak senilai 1,2 miliar dolar AS yang diberikan kepada Google dan Amazon.com pada tahun 2021 untuk menyediakan layanan cloud kepada pemerintah Israel, serta mendukung pengembangan alat militer oleh pemerintah Israel.
Dalam pernyataannya, Google menegaskan bahwa kontrak Nimbus "tidak ditujukan untuk beban kerja yang sangat sensitif, terklasifikasi, atau militer yang relevan untuk senjata atau layanan intelijen."