JAKARTA - Perusahaan farmasi Oravax dikabarkan sedang mengembangkan vaksin COVID-19 dalam bentuk pil. Tahap pertama uji klinis dari vaksin berbentuk pil ini rencananya juga akan diberikan kepada manusia pada bulan Juni mendatang.
Melansir Business Insider, vaksin COVID 'generasi kedua' dalam bentuk pil ini dirancang dengan tujuan pemberian dosis obat yang lebih terukur. Sehingga lebih mudah didistribusikan dan dikonsumsi masyarkat.
"Vaksin oral memungkinkan orang untuk mengonsumsi vaksin sendiri di rumah. Dengan begitu vaksin pil lebih mudah didapatkan di mana pun di seluruh dunia," kata CEO Oramed Nadav Kidron, dalam keterangan resminya seperti dikutip dari Science Alert, Kamis, 25 Maret.
Kendati belum ada jaminan keberhasilan, namun opsi vakin berbentuk pil ini membutuhkan waktu satu tahun atau lebih sebelum diproduksi secara masal. Sebagai catatan, vaksin buatan Moderna dan Pfizer memulai uji coba pertama pada manusia masing-masing pada Maret dan Mei 2020.
Prinsip kehati-hatian, menurut Prof Paul Hunter, seorang pakar medis di University of East Anglia. Mengingatkan pengembangan vaksin berbentuk pil ini memerlukan dosis yang tepat.
"Kita membutuhkan studi yang benar untuk membuktikan manfaat vaksin oral. Tapi vaksin semacam ini mungkin juga bermanfaat bagi orang yang fobia jarum suntik, dan cara ini mungkin bisa lebih mudah dan lebih cepat untuk diberikan," ujarnya.
BACA JUGA:
Dalam laman resminya, Oravax menyatakan vaksin pil buatannya merupakan vaksin antigen rangkap tiga virus like particle (VLP) yang dapat meningkatkan kekebalan sistemik tubuh melalui Immunoglobulin G (IgG). Antibodi paling umum dalam darah dan cairan tubuh yang melindungi dari infeksi virus, dan Imunoglobulin A (IgA).
Selain berbentuk pil, jenis lainnya dari vaksin generasi kedua juga sedang dikembangkan, antara lain vaksin COVID-19 yang disemprotkan ke hidung, atau vaksin yang mungkin ditempelkan ke kulit seperti plester luka.