Bagikan:

JAKARTA - Di tengah tantangan pasar yang semakin berat, perusahaan penambangan Bitcoin asal Toronto, Bitfarms, melaporkan kerugian bersih sebesar 27 juta Dolar AS (sekitar Rp429 miliar) pada kuartal kedua tahun 2024.

Angka ini setara dengan kerugian 7 sen per saham, menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan kerugian bersih sebesar 6 juta Dolar AS (sekitar Rp95 miliar) atau 2 sen per saham pada kuartal sebelumnya. Penurunan ini terjadi setelah peristiwa halving Bitcoin pada 19 April 2024, yang menyebabkan penurunan reward blok bagi para penambang.

Pendapatan Bitfarms juga mengalami penurunan sebesar 16% secara kuartalan, menjadi 42 juta Dolar AS (sekitar Rp670 miliar). Salah satu faktor utama yang mempengaruhi penurunan pendapatan ini adalah meningkatnya biaya produksi per Bitcoin (BTC), yang mencapai rata-rata 30.600 Dolar AS (sekitar Rp488 juta) per BTC pada kuartal kedua, naik signifikan dari 18.400 Dolar AS (sekitar Rp293 juta) per BTC pada kuartal pertama.

Selain itu, total biaya tunai per BTC juga meningkat menjadi 47.300 Dolar AS (sekitar Rp754 juta) dari 27.900 Dolar AS (sekitar Rp445 juta) di periode sebelumnya, sebagai akibat dari penurunan jumlah BTC yang berhasil diproduksi.

Meskipun menghadapi tekanan finansial, Bitfarms berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan Bitcoin sebesar 34% pada bulan Juli, dengan menghasilkan 243 BTC senilai 14 juta Dolar AS (sekitar Rp223 miliar), meningkat dari 189 BTC senilai 11 juta Dolar AS (sekitar Rp175 miliar) pada bulan Juni.

Jeff Lucas, Chief Financial Officer Bitfarms, menekankan bahwa perusahaan masih memiliki fleksibilitas finansial yang baik berkat strategi pertumbuhan yang efisien dan neraca yang kuat. Dikutip dari Crypto Potato, Lucas menyatakan bahwa rencana pertumbuhan dan peningkatan efisiensi Bitfarms untuk tahun 2024 telah sepenuhnya didanai, dengan likuiditas yang cukup untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan pengadaan alat penambangan yang diperlukan guna mencapai target perusahaan.

CEO baru Bitfarms, Ben Gagnon, yang mulai menjabat bulan lalu, juga menyoroti upaya ekspansi dan diversifikasi perusahaan. Salah satu langkah terbaru adalah pembukaan situs baru di Sharon, Pennsylvania, yang menandai masuknya Bitfarms ke wilayah PJM, pasar energi yang dianggap paling menjanjikan di AS oleh Gagnon.

Di tengah tekanan finansial, Bitfarms juga menghadapi tantangan lain berupa upaya pengambilalihan yang tidak bersahabat dari Riot Platforms, pesaing mereka, yang sempat mengajukan tawaran akuisisi senilai 950 juta Dolar AS (sekitar Rp15 triliun) pada bulan April lalu. Namun, Riot kemudian menarik tawarannya karena kesulitan dalam bernegosiasi dengan dewan direksi Bitfarms.

Dalam laporan terbarunya, Bitfarms menegaskan komitmennya untuk tetap menjalankan rencana strategis sebagai perusahaan publik independen. Meskipun demikian, perusahaan tetap terbuka terhadap peluang yang dapat meningkatkan nilai bagi para pemegang saham.