Bagikan:

JAKARTA - Chainlink (LINK), salah satu altcoin terkenal di pasar kripto, mengalami penurunan tajam hingga mencapai titik terendahnya di tahun 2024. Kondisi ini memicu perdebatan di kalangan investor, apakah ini saat yang tepat untuk membeli LINK dengan harga rendah.

Menurut data dari Santiment, sentimen pasar yang negatif telah menekan nilai LINK, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Namun, penurunan besar ini bisa menjadi peluang bagi investor untuk mengambil keuntungan dari kondisi pasar yang lesu. Analisis menggunakan metrik MVRV (Market Value to Realized Value) menunjukkan bahwa LINK saat ini berada pada nilai yang undervalued, membuatnya menjadi pilihan menarik untuk dibeli.

MVRV adalah indikator yang mengukur nilai pasar suatu token dibandingkan dengan nilai yang direalisasikan. Nilai negatif pada metrik ini mengindikasikan bahwa token tersebut undervalued dan bisa menjadi peluang pembelian yang baik. Sebaliknya, nilai positif menunjukkan bahwa token tersebut overvalued dan mungkin akan dijual oleh pemegangnya untuk mengambil keuntungan.

Pada saat ini, rasio MVRV LINK turun sebesar 11% dan 18,7% dalam basis penyesuaian bulanan dan tahunan, yang berarti bahwa LINK berada dalam posisi yang menguntungkan untuk dibeli oleh investor jangka pendek dan jangka panjang.

Menurut informasi Ambcrypto, sejak awal 2024, LINK sempat meroket hingga 87%, dari 12 Dolar AS (sekitar Rp194.160) menjadi 22 Dolar AS (sekitar Rp355.960), memberikan pengembalian 1,8 kali lipat bagi mereka yang memegangnya selama tiga bulan pertama tahun ini. Namun, semua keuntungan ini terhapus di kuartal kedua, dan upaya pemulihan pun mengalami kegagalan. Saat artikel ini ditulis, LINK diperdagangkan di harga 11,59 Dolar AS (sekitar Rp187.526), mendekati level terendah di bulan Juni sebesar 11,05 (Dolar AS (sekitar Rp178.789).

Level 11 Dolar AS ini telah menjadi zona permintaan penting sepanjang tahun, mendukung tesis dari Santiment bahwa LINK berada dalam zona yang krusial. Bagi para trader yang berfokus pada perdagangan jangka pendek, kondisi ini bisa menjadi kesempatan untuk mengambil posisi beli, terutama jika sentimen pasar membaik.

Jika pasar kembali positif, target bullish terdekat di atas 14 Dolar AS (sekitar Rp226.520) bisa menawarkan pengembalian hingga 30%. Namun, jika sentimen negatif terus berlanjut, LINK bisa jatuh di bawah 10 Dolar AS (sekitar Rp161.800), yang akan memperburuk kondisi pasar kripto secara keseluruhan.

Menariknya, beberapa “whale”—investor besar yang memegang sejumlah besar LINK—mulai mengambil posisi beli pada harga rendah saat ini. Alamat-alamat yang memegang antara 1 juta hingga 10 juta LINK telah meningkatkan akumulasi mereka sejak akhir Juli dan terus membeli secara besar-besaran pada bulan Agustus. Saat ini, mereka menguasai sekitar 19% dari total suplai LINK.

Namun, tekanan jual masih datang dari alamat yang memegang 10.000 hingga 100.000 koin dan 100.000 hingga 1 juta koin. Kedua kelompok ini secara kolektif mengendalikan sekitar 20% suplai LINK, hampir setara dengan kelompok “whale” yang sedang mengakumulasi.