Bagikan:

JAKARTA - Studi terbaru mengungkapkan bahwa model bahasa besar (LLM) seperti Google Gemini, OpenAI ChatGPT, dan Grok milik Elon Musk cenderung memiliki bias politik ke arah kiri. Penelitian yang dilakukan oleh David Rozado, seorang profesor di Otago Polytechnic University di Selandia Baru, menunjukkan bahwa sebagian besar LLM yang diuji menghasilkan jawaban yang lebih progresif, demokrat, dan berorientasi pada nilai-nilai seperti kesetaraan dan kemajuan.

Rozado melakukan 11 tes orientasi politik, termasuk Political Compass Test dan Eysenck's Political Test, terhadap 24 model bahasa, termasuk GPT 3.5 dan GPT-4 dari OpenAI, Gemini dari Google, Claude dari Anthropic, Grok dari Twitter, Llama 2, Mistral, dan Qwen dari Alibaba. Hasil tes menunjukkan bahwa jawaban yang diberikan LLM umumnya mencerminkan pandangan politik kiri.

Penelitian juga melibatkan fine-tuning pada GPT 3.5 untuk mengubah preferensi politiknya. Model yang tidak dimodifikasi diberi label LeftWingGPT, sementara yang telah dimodifikasi menjadi RightWingGPT.

LeftWingGPT dilatih dengan publikasi yang condong ke kiri seperti The Atlantic dan The New Yorker, sementara RightWingGPT dilatih dengan konten dari publikasi dan penulis yang condong ke kanan seperti National Review dan Roger Scruton.

Hasil fine-tuning menunjukkan bahwa RightWingGPT menunjukkan preferensi politik yang lebih condong ke kanan, namun Rozado mencatat bahwa penelitian ini tidak dapat menentukan apakah preferensi politik ini berasal dari fase pelatihan awal atau fine-tuning.

Rozado menekankan bahwa temuan ini tidak menunjukkan bahwa preferensi politik ini sengaja diterapkan oleh organisasi pembuat LLM. Meskipun begitu, banyak LLM yang ada saat ini menunjukkan preferensi politik yang lebih condong ke kiri ketika dievaluasi dengan berbagai tes orientasi politik.

Hasil ini memunculkan kekhawatiran mengenai integrasi AI dalam produk seperti mesin pencari Google, yang telah mendapat kritik terkait intervensi dalam hasil pencarian terkait politik.