Makanan Buatan AI Lebih Menarik Namun Memicu Kebiasaan Makan Tidak Sehat
Sebuah contoh foto daging steak yang dibuat oleh Copilot AI. (foto: copilot ai)

Bagikan:

JAKARTA - Peneliti dari Universitas Oxford dan Universitas Federico II Napoli menemukan bahwa makanan yang sepenuhnya buatan AI terlihat lebih lezat daripada aslinya. Mereka menemukan bahwa orang-orang cenderung memberi penilaian lebih tinggi pada gambar makanan yang dihasilkan oleh AI, dan semakin realistisnya gambar AI, maka semakin besar potensi gambar tersebut mempromosikan kebiasaan makan tidak sehat.

Studi ini melibatkan 297 partisipan yang diberikan serangkaian gambar makanan, baik yang asli maupun yang dihasilkan oleh AI. Hasilnya, partisipan cenderung lebih sukses dalam membedakan gambar yang dibuat oleh AI ketika ditampilkan berdampingan dengan gambar asli. Namun, ketika gambar-gambar tersebut dipresentasikan secara terpisah, partisipan menemukan tugas tersebut lebih sulit.

Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa gambar-gambar makanan yang dihasilkan oleh AI terlihat lebih menggugah selera dan memiliki kecenderungan untuk membuat makanan terlihat lebih kalori. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku makan yang tidak sehat atau menciptakan harapan yang tidak realistis tentang makanan di antara konsumen.

Dengan semakin mudah dan murahnya menggunakan AI untuk menghasilkan gambar makanan, peneliti memperingatkan bahwa ini dapat menjadi masalah di masa depan. Fenomena yang disebut 'visual hunger', di mana melihat gambar makanan memicu nafsu makan dan keinginan, dapat mempengaruhi keputusan makan seseorang. Mereka juga menekankan bahwa gambar-gambar makanan AI memiliki risiko untuk memicu kebiasaan makan yang tidak sehat.

Terkait