Bagikan:

JAKARTA - Meski sempat mengalami penurunan di bawah 55.000 dolar AS (Rp891 juta) Senin kemarin, pergerakan Bitcoin (BTC) menunjukan pemulihan di angka 59.469 dolar AS (Rp960 juta) pada Rabu, 10 Juli.

Namun, hari ini harga Bitcoin bertengger di angka 56.930 dolar AS atau sekitar Rp919 juta. Meskipun penuh gejolak, Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha meyakini prospek bullish belum berakhir. 

“Seminggu terakhir pasar kripto mengalami masa-masa penuh gejolak. Namun, prospek bullish belum berakhir didukung oleh faktor makroekonomi,” kata Panji dalam pernyataannya. 

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, mengatakan pada Selasa, 9 Juli bahwa mempertahankan suku bunga tinggi terlalu lama dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi. 

“Ini tampaknya mengisyaratkan bahwa bank sentral sedang mempertimbangkan pelonggaran kebijakan,” ujar Panji lebih lanjut. 

Selain itu, menurut Panji, Bitcoin berhasil pulih didorong oleh perdagangan ETF Bitcoin spot di AS. Di mana menurut data SoSo Value, dari 8-10 Juli, ETF mencatat arus masuk sebesar 654,3 juta dolar AS hanya dalam tiga hari perdagangan saja. 

Sementara itu, pasar minggu ini juga menantikan rilis data inflasi AS, dimulai dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produsen (IHP). 

“Jika angka inflasi yang diumumkan melampaui harapan pasar, ini akan berpotensi memberikan dampak negatif pada Bitcoin,” ucapnya. 

Sebaliknya, jika angka inflasi sesuai dengan atau bahkan lebih rendah dari perkiraan, hal ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi Bitcoin dan pasar kripto secara umum.