Bagikan:

JAKARTA - Pemulihan harga Bitcoin dan sinyal awal pembalikan arah tren harga mulai terlihat pasca rilis data inflasi indeks Harga Belanja Personal (PCE) terbaru Amerika Serikat akhir pekan lalu.

Indeks PCE AS bulan Mei secara tahunan (YoY) turun menjadi 2,6 persen dari 2,7 persen di bulan April, senada dengan ekspektasi para ekonom. 

Pasca rilis data tersebut, Bitcoin terpantau menghijau hampir 6 persen dari level 60.000 dolar AS (Rp982,3 juta) ke 63.500 dolar AS (Rp1,04 miliar) pada 1 dan 2 Juli, setelah melemah selama beberapa pekan sebelumnya.

Recovery tersebut juga tergambar pada sejumlah aset kripto lainnya seperti Solana (SOL) dan Toncoin (TON), juga turut terapresiasi. Ketika berita ini ditulis, Bitcoin terkoreksi dan berada di level 60.900 dolar AS (Rp997 juta). 

Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan dinamika yang terjadi akhir-akhir ini semakin menyoroti pengaruh perkembangan situasi ekonomi AS terhadap pasar kripto.

“Upaya The Fed untuk mencapai soft landing pada ekonomi pasca pelonggaran besar-besaran imbas pandemi COVID-19 terlihat telah memasuki babak akhir. Kemenangan sudah di depan mata namun apapun masih bisa terjadi,” kata Fahmi.

Menurutnya, meskipun pasar merespon dengan cukup positif perkembangan tersebut, langkah The Fed selanjutnya kemungkinan besar masih akan bergantung pada data inflasi lebih lanjut dan laporan ketenagakerjaan bulan Juni. 

“Sehingga koreksi harga mungkin masih akan mengiringi dinamika pasar pada setiap kenaikan yang terjadi. Namun, apabila perubahan arah tren kemudian terjadi, potensi terjadinya pemulihan yang cepat sangat terbuka,” imbuh Fahmi.

Kendati demikian, Fahmi mencatat investor masih perlu menanti perkembangan data selanjutnya, membaiknya inflasi Amerika Serikat turut menggambarkan potensi positif bagi investor untuk masuk ke instrumen aset kripto.