Bagikan:

JAKARTA - Dunia maya tak luput dari kejahatan. Baru-baru ini, pihak berwenang Amerika Serikat (AS) berhasil menangkap otak di balik "Incognito Market", salah satu marketplace di pasar gelap online alias dark web yang selama ini menjadi sarana jual beli narkoba secara anonim.

Departemen Kehakiman AS (DOJ) dalam keterangan resminya menyebutkan penangkapan Rui-siang Lin, pria berusia 23 tahun asal Taiwan. Lin ditangkap di Bandara Internasional John F. Kennedy pada 18 Mei 2024. Ia diduga sebagai pemilik dan operator Incognito Market yang menggunakan nama samaran "Pharoah" atau "Faro".

Menurut DOJ, sejak didirikan pada Oktober 2020 hingga ditutup pada Maret 2024, Incognito Market telah memfasilitasi transaksi narkoba dan obat resep ilegal senilai lebih dari 100 juta dolar AS (sekitar Rp1,6 triliun). Pengguna dari seluruh dunia diduga menggunakan mata uang kripto seperti Bitcoin (BTC) dan Monero (XMR) untuk bertransaksi di pasar gelap ini.

Asisten Direktur FBI yang Bertanggung, Jawab, James Smith, menyatakan, "Selama hampir empat tahun, Rui-siang Lin diduga mengoperasikan 'Incognito Market,' salah satu platform online terbesar untuk penjualan narkotika. 

Ia telah melakukan transaksi narkotika ilegal senilai 100 juta dolar AS dan meraup keuntungan pribadi hingga jutaan dolar. Dengan janji anonimitas, operasi yang dijalankan Lin menawarkan pembelian narkoba mematikan dan obat resep ilegal dalam skala global."

Lin diduga memiliki otoritas tertinggi dalam pengoperasian Incognito Market. Ia diyakini mengontrol lebih dari 1.000 penjual dan 200.000 pelanggan.

"Sebagai administrator utama Marketplace-1 (sebutan Incognito Market), LIN diuntungkan paling banyak dari aktivitas Marketplace-1. LIN juga menerapkan kebijakan untuk situs tersebut, dan pada akhirnya menentukan apakah vendor tertentu diizinkan untuk menjual narkotika di Marketplace-1," bunyi dakwaan yang diajukan oleh Petugas Satuan Tugas FBI, Mark Rubins.

Atas perbuatannya, Lin didakwa dengan empat tuduhan, yaitu terlibat dalam kegiatan kriminal berkelanjutan, konspirasi narkotika, pencucian uang, dan konspirasi untuk menjual obat yang dicampur dan diberi label yang keliru.

Penangkapan Lin ini menjadi peringatan sekaligus harapan. Dunia maya memang menawarkan kemudahan akses informasi dan transaksi, namun tak menutup kemungkinan disalahgunakan untuk aksi kriminal. Kerja sama antara penegak hukum lintas negara dan kesadaran masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan ruang digital yang lebih aman dan terpercaya.