JAKARTA – Cosmos 2576, satelit milik Rusia, dituding sebagai senjata ruang angkasa oleh pemerintah AS. Tuduhan ini muncul karena satelit tersebut ditemukan berada di orbit yang sama dengan satelit pengintai dari AS.
Berdasarkan laporan Spacenews, tuduhan ini dilontarkan oleh Amb. Robert Wood selaku perwakilan pengganti AS di PBB. Pernyataan ini disampaikan dalam debat Dewan Keamanan PBB mengenai resolusi larangan penempatan senjata di antariksa yang diusulkan Rusia.
Menurut Wood, Cosmos 2576 yang baru diluncurkan pada 16 Mei lalu menggunakan roket Soyuz-2.1b itu merupakan senjata antariksa. Sejalan dengan tuduhannya, Wood yakin bahwa roket tersebut mampu menyerang satelit lain yang berada di orbit yang sama.
"Menurut penilaian Amerika, kemungkinan (satelit ini) merupakan senjata ruang angkasa, mungkin mampu menyerang satelit lain di orbit rendah Bumi,” kata Wood. “Rusia mengerahkan senjata antariksa baru ini ke orbit yang sama dengan satelit pemerintah AS.”
Wood tidak menjelaskan bagaimana pemerintah AS bisa menyimpulkan bahwa satelit terbaru Rusia merupakan senjata ruang angkasa. Perwakilan AS itu juga tidak menjelaskan kemampuan apa saja yang dimiliki Cosmos 2576.
Di sisi lain, Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya memberikan tanggapan mengenai pernyataan Wood. Nebenzya mengatakan bahwa AS berpikir satelitnya berkaitan dengan mesin nuklir, tetapi Wood tidak menyinggung senjata nuklir di sambutannya.
“Sekarang, perwakilan AS merujuk pada semacam satelit yang, menurut pendapatnya, sekali lagi dengan gaya yang sangat mungkin, kemungkinan besar, dapat ditempatkan pada mesin nuklir. Saya bahkan tidak mengerti apa yang dia bicarakan,” kata Nebenzya.
BACA JUGA:
Rusia memang mengajukan usulan resolusi tentang larangan penempatan segala macam senjata di ruang angkasa. Namun, usulan ini dianggap sebagai distraksi oleh Wood dan disebut sebagai, "puncak dari kampanye diplomatik Rusia yang menyala-nyala."
Hasil akhir dari resolusi tersebut, 7 dari 15 orang setuju dengan larangan penempatan senjata di ruang angkasa, termasuk Rusia dan China. Prancis, Jepang, Inggris, AS, dan lainnya memilih tidak setuju, sedangkan Swiss memilih untuk abstain.