Bagikan:

JAKARTA – Desakan pemerintah AS untuk menjual TikTok tampaknya akan diabaikan oleh ByteDance. Perusahaan asal China itu lebih memilih untuk menutup TikTok di AS dibandingkan melepas platform tersebut.

Sebelum TikTok ditutup secara permanen karena undang-undang (UU) divestasi yang akan disahkan, ByteDance berencana melawan pemerintah melalui jalur hukum. Mereka akan mempertahankan platform TikTok di AS terlebih dahulu.

Mengutip dari Reuters, sumber terdekat ByteDance mengatakan bahwa perusahaan itu tidak takut dengan kerugian yang akan mereka hadapi. Pasalnya, TikTok hanya menyumbangkan sebagian kecil pendapatan dan pengguna aktif harian di ByteDance.

Oleh karena itu, ByteDance akan tetap mempertahankan TikTok dan melepaskan platform tersebut dari jeratan Amerika. Mereka tidak mau menjual TikTok ke pihak mana pun, terlebih lagi jika calon pembelinya berasal dari AS.

TikTok memiliki pandangan yang sama dengan perusahaan induknya. Ketika ditanya mengenai RUU divestasi yang sudah ditandatangani Presiden AS Joe Biden, TikTok memberikan pernyataan ByteDance yang diunggah di platform Toutiao.

ByteDance membantah bahwa mereka sedang mencari pembeli dari AS dan akan mengubah TikTok menjadi platform tanpa algoritma yang merekomendasikan video ke pengguna. TikTok akan tetap berada di bawah naungan ByteDance.

Sementara itu, CEO TikTok Shou Zi Chew sempat memberikan pernyataan di media sosialnya pada Rabu, 24 April lalu. Pejabat TikTok itu akan melawan aturan dari AS melalui jalur hukum dan mengupayakan hak masyarakat di AS.

Chew berharap dapat memenangkan gugatan hukum dan lepas dari RUU yang disahkan oleh mayoritas Senat AS pada Selasa, 23 April lalu. Jika TikTok menang, mereka akan menyelamatkan hak masyarakat untuk mengakses platform hiburan dan komunikasi.