Bagikan:

JAKARTA - Bitcoin mengalami penurunan dramatis, anjlok dari 70.000 dolar AS (Rp1,1 miliar) hingga sempat menyentuh 65.000 dolar AS atau kisaran Rp1 miliar. 

Tidak hanya Bitcoin, beberapa aset kripto lain juga mengalami hal serupa, seperti Ethereum  juga sempat anjlok ke 3.319 dolar AS atau sekitar Rp52 juta.

Penurunannya Harga Bitcoin (BTC) beberapa hari ke belakang ini tampaknya membuat banyak investor khawatir. Namun apa yang menyebabkan penurunan mendadak ini?

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan salah satu faktor utama penurunan harga Bitcoin adalah ETF Bitcoin yang mencatat total arus keluar tinggi dalam beberapa hari terakhir sejak awal April 2024. 

"Aktivitas di pasar derivatif juga berperan dalam sentimen pasar yang bearish, dengan penurunan yang terlihat memegang kendali," jelas Fyqieh.

Lebih lanjut, menurut Fyqieh, penurunan yang terjadi ini juga mencerminkan berkurangnya antusiasme di pasar kripto, dipengaruhi oleh meningkatnya tantangan untuk mencapai kebijakan moneter yang lebih longgar di Amerika Serikat. 

Perhatian tertuju pada pertemuan The Fed yang dijadwalkan pada tanggal 1 Mei, dengan antisipasi luas bahwa otoritas bank sentral AS mungkin akan menurunkan suku bunga.

"Oleh karenanya pasar kripto jatuh karena ekspektasi penurunan suku bunga The Fed menurun. Pelaku pasar mulai mencari posisi untuk masuk kembali ke pasar melihat kondisi makroekonomi yang belum stabli," jelasnya.

Meskipun terjadi penurunan drastis, Fyqieh meminta agar investor tidak kehilangan harapan, karena BTC tampaknya mengikuti tren harga historis menjelang halving

Jadi, jika sejarah terulang kembali, BTC mungkin akan mengalami penurunan harga lebih lanjut sebelum mendapatkan momentum dan mencapai 100.000 dolar AS atau Rp1,5 miliar

"Tren penurunan ini bukan hal yang tidak terduga, karena BTC yang mengikuti tren historis menjelang halving mendatang,” ujarnya. 

Bitcoin perlahan-lahan beralih dari fase “Pre-Halving Rally” ke fase “Pre-Halving Retrace” yang cenderung terjadi 28 hingga 14 hari sebelum peristiwa halving. Fase ini mengakibatkan penurunan harga masing-masing sebesar 38 persen dan 20 persen pada tahun 2016 dan 2020.