Bagikan:

JAKARTA – Hydrosat, penyedia informasi geospasial, menerima kontrak Riset Inovasi Usaha Kecil dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) AS. Kontrak ini diumumkan pada Kamis, 4 April lalu.

Dengan menerima kontrak senilai 175 ribu dolar AS (Rp2,7 miliar), Hydrosat akan menyediakan alat pendeteksi suhu permukaan bumi berevolusi tinggi. Perusahaan itu juga akan menyediakan analisis geoteknik untuk memberikan wawasan terkait lingkungan bumi.

Analis geoteknik ini akan memperhatikan berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan lingkungan seperti kebakaran hutan dan kekeringan. Hydrosat juga akan menganalisis panas di wilayah perkotaan, pertanian, dan memantau budidaya perairan.

CEO dan Pendiri Hydrosat, Pieter Fossel, mengatakan kepada Spacenews bahwa kontrak Riset Inovasi Usaha Kecil merupakan kontrak yang sangat penting. Pasalnya, kontrak ini akan mendorong kemampuan Hydrosat dalam memantau keadaan bumi.

"Pekerjaan yang dilakukan berdasarkan kontrak ini mendorong kemajuan dalam pemantauan suhu permukaan melalui ruang angkasa dan awan, dan selaras dengan misi NOAA dalam pemantauan cuaca, air, dan iklim," ungkap Fossel.

Selain menjalin kemitraan dengan NOAA, Hydrosat juga bekerja sama dengan Kantor Pengintaian Nasional (NRO) dan Angkatan Udara AS (USSF). Perusahaan itu mengumpulkan citra inframerah termal secara global dan menganalisis data pertanian.

Data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menghasilkan prakiraan hasil panen dan irigasi. Menurut Fossel, seluruh data yang dikumpulkan oleh Hydrosat akan memberikan informasi dan wawasan mengenai pengelolaan sumber daya alam.

"Hydrosat sedang dalam perjalanan untuk memberikan wawasan data penting yang akan meningkatkan pemahaman kita tentang perubahan iklim dan cuaca serta memungkinkan kita mengelola sumber daya alam dengan lebih baik," jelas Fossel.