Bagikan:

JAKARTA - Ketika harga Bitcoin melonjak pada 27 Februari ke level 55.000 dolar AS (Rp861 juta), pada 28 Februari, harga Bitcoin kembali meroket ke angka di atas 58.000 dolar AS atau setara dengan Rp992 juta. 

Menurut Fahmi Almuttaqin, Crypto Analyst Reku, kenaikan harga Bitcoin ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti masuknya dana bersih sebesar 6,1 miliar dolar AS ke sejumlah ETF Bitcoin Spot yang sudah diperdagangkan  di AS. 

Kemudian, faktor lainnya adalah MicroStrategy, perusahaan perangkat lunak, yang membeli sekitar 3.000 token pada bulan ini, sehingga total kepemilikan Bitcoin perusahaan mencapai sekitar 10 miliar dolar AS. 

Melihat tren positif yang ada, Fahmi beranggapan bahwa kondisi sekarang bisa menjadi momentum bagi investor yang ingin mendiversifikasikan investasinya ke aset kripto. 

“Sebab, performa Bitcoin menunjukkan bahwa instrumen aset kripto bukan hanya dapat dimanfaatkan sebagai pelengkap, namun juga opsi diversifikasi untuk mengoptimalkan potensi return,” ujar Fahmi. 

Namun, Fahmi menegaskan agar investor untuk tetap cermat dan bijak dalam memantau kondisi pasar secara berkala dan menyesuaikan strategi investasinya.

“Momentum bullish di Bitcoin ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor untuk menyusun kembali strategi investasinya,” ujarnya. 

Fahmi mengimbau agar investor tetap tetap mempertimbangkan seluruh keputusan investasi dengan riset mendalam dan pertimbangan yang bijak, serta tentunya menggunakan uang dingin untuk berinvestasi.