Bagikan:

 

JAKARTA – Sebuah penelitian yang dilakukan Bloomberg menunjukkan bahwa Twitch, layanan untuk para streamer, memiliki banyak video yang melecehkan anak-anak, khususnya di fitur Clips.

Dari 1.100 klip yang dianalisis, ada 83 klip yang berisi konten seksual dan melibatkan anak-anak. Salah satu klip video yang disoroti adalah video anak lelaki yang menurunkan celananya dan disebarkan oleh akun yang mengikuti anak-anak.

Awalnya, anak lelaki itu melakukan streaming untuk makan sandwich dan memainkan terompet miliknya. Saat anak itu mulai menerima permintaan dari para penontonnya, ia mulai melakukan hal yang tidak wajar, yaitu melepas celananya.

Video ini dimanfaatkan oleh para pelaku pelecehan seksual. Mereka memotong video tersebut dan membagikannya ke fitur Clips. Meski Twitch sudah menghapus tayangan berdurasi 20 detik itu, masalah ini tetap tidak bisa diabaikan.

Pusat Perlindungan Anak Kanada sempat membuat analisis serupa dan mengatakan bahwa 34 video dari 83 video eksploitatif memperlihatkan anak-anak yang menunjukkan kelamin mereka. Video ini didominasi oleh anak lelaki berusia 5 hingga 12 tahun.

Pihak Twitch telah memberikan tanggapan atas hasil analisis ini. Kepada Engadget, mereka mengatakan bahwa pelecehan pada anak merupakan masalah yang sangat seriusMereka juga berupaya mengatasi masalah tersebut agar tidak terulang di masa depan.

Agar materi pelecehan seksual pada anak (CSAM) tidak menyebar, perusahaan telah membuat sistem baru yang bisa mendeteksi tindakan para pengguna yang melakukan hal-hal terlarang. Twitch juga akan meningkatkan keamanan saat para streamer sedang live streaming.

“Kami menonaktifkan streaming langsung yang berisi konten berbahaya dan menangguhkan saluran tersebut, karena klip dibuat dari streaming langsung, kami mencegah pembuatan dan penyebaran klip berbahaya pada sumbernya,” kata Twitch.

Selain itu, Twitch akan memastikan bahwa klip video yang mereka hapus tidak akan tersedia lagi melalui domain publik atau tautan lainnya. Sejalan dengan upaya ini, mereka akan meningkatkan pedoman yang digunakan pihak internal dalam mengidentifikasi konten online berbahaya.