Bagikan:

JAKARTA - TikTok saat ini sedang diselidiki oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (AS) terkait banjirnya materi pelecehan seksual anak (CSAM) dan predator di platformnya.

Penyelidikan itu menyoroti bagaimana TikTok dapat menangani konten yang menggambarkan pelecehan seksual anak dan kontrol moderasi yang diterapkan.

Departemen Keamanan AS tersebut awalnya menduga bahwa fitur Only Me di TikTok disalahgunakan untuk membagikan konten seperti CSAM. Fitur tersebut memungkinkan pengguna menyimpan video TikTok mereka tanpa mempostingnya secara online.

Setelah status video ditetapkan sebagai Only Me, video tersebut hanya dapat dilihat oleh pemilik akun. Dalam kasus TikTok, video itu dibagikan pada sesama aktor jahat atau predator yang menggambarkan CSAM.

Karenanya, video tersebut tidak pernah sampai ke domain publik dan menghindari deteksi oleh sistem moderasi TikTok. Selain itu, para pelaku juga melakukan praktik berteman dengan seorang anak secara online dengan tujuan untuk melecehkan mereka, baik online atau offline.

Financial Times melaporkan bahwa moderator TikTok tidak dapat mengikuti volume video yang diposting, yang berarti bahwa materi yang kasar sebagian juga telah diposting ke feed publik.

TikTok juga dituduh gagal dan tidak seperti jejaring sosial lainnya dalam mendeteksi dan mencegah upaya pelaku kejahatan tersebut.

“Ini adalah tempat yang sempurna bagi predator untuk bertemu, merawat, dan melibatkan anak-anak,” ujar kepala unit investigasi eksploitasi anak di divisi kejahatan dunia maya Homeland Security, Erin Burke.

Burke mengklaim bahwa perusahaan internasional seperti TikTok kurang termotivasi ketika bekerja dengan penegak hukum AS.

“Kami ingin (perusahaan media sosial) secara proaktif memastikan anak-anak tidak dieksploitasi dan disalahgunakan di situs Anda, dan saya tidak dapat mengatakan bahwa mereka melakukan itu, dan saya dapat mengatakan bahwa banyak perusahaan AS yang melakukannya,” tambahnya.

Penggunaan platform oleh predator sangat mengkhawatirkan mengingat TikTok didominasi remaja. Namun, perusahaan mengelak dengan mengatakan sudah bekerja sama untuk mengatasi hal ini dengan penegak hukum

"TikTok tidak menoleransi materi pelecehan seksual anak. Ketika kami menemukan upaya apa pun untuk memposting, memperoleh, atau mendistribusikan (CSAM), kami menghapus konten, memblokir akun dan perangkat, segera melaporkan ke NCMEC, dan terlibat dengan penegak hukum jika diperlukan," tutur TikTok.

Melansir Digital Trends, Senin, 18 April, ini bukan kasus pertama dari penyelidikan terhadap TikTok. Jumlah investigasi oleh Departemen Keamanan AS itu yang mencakup penyebaran konten eksploitasi anak di TikTok dilaporkan telah melonjak tujuh kali lipat antara 2019 dan 2021.

Begitupun laporan investigasi BCC dari 2019 yang mengungkapkan adanya predator menargetkan anak-anak muda berusia sembilan tahun dengan komentar dan konten busuk di media sosial milik ByteDance, China itu.

Sebagai informasi, TikTok memang tak lepas tangan begitu saja, baru-baru ini perusahaan memberlakukan langkah-langkah untuk menjaga basis pengguna remajanya tetap aman.

Tahun lalu, TikTok mengumumkan bahwa orang asing tidak lagi dapat menghubungi akun TikTok milik anak-anak di bawah usia 16 tahun, dan akun mereka akan menjadi pribadi. Bahkan memperketat pembatasan seputar pengunduhan video yang diposting oleh pengguna di bawah usia 18 tahun.