Bagikan:

JAKARTA – Selama beberapa tahun terakhir, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) terus mengamati exoplanet. Mereka mengumpulkan data untuk mencari tanda-tanda kehidupan.

Salah satu exoplanet yang mereka amati adalah WASP-121b atau Tylos. Dengan menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble, tim astronom internasional NASA mengamati Tylos selama tiga tahun, tepatnya pada tahun 2016, 2018, dan 2019.

Hasil pengamatan dari Hubble menunjukkan bahwa atmosfer Tylos terus mengalami perubahan. Tim astronom menduga bahwa atmosfer yang dinamis ini berkaitan dengan pola cuaca sehingga mereka kembali mengamati data Hubble dengan teknik pemodelan canggih.

Sesuai dengan dugaan para astronom, ada banyak cuaca yang terdeteksi di atmosfer WASP-121b. Kemungkinan besar, planet ini mengalami cuaca ekstrem seperti badai dan angin topan besar yang berulang kali hancur dan terbentuk karena perbedaan suhu.

“Ini adalah hasil yang sangat menarik seiring dengan kemajuan kita dalam mengamati pola cuaca di exoplanet,” kata Peneliti Badan Antariksa Eropa di Space Telescope Science Institute di Baltimore Quentin Changeat, dikutip VOI dari rilis NASA.

Menurut Changeat, pendeteksian cuaca ini merupakan penemuan yang sangat penting untuk memahami kompleksitas atmosfer exoplanet lain. Dari hasil penelitian tersebut, para astronom bisa mencari exoplanet lain yang diperkirakan layak untuk dihuni.

Peneliti lain dari tim astronom internasional NASA memiliki pemikiran serupa. Menurut Peneliti Pascadoktoral di California Institute of Technology, Jack Skinner, penemuan cuaca di WASP-121b bisa digunakan untuk mengamati atmosfer exoplanet yang lain.

“Di sini kami membuat langkah maju yang signifikan dengan menggabungkan kendala observasi dengan simulasi atmosfer untuk memahami perubahan cuaca terhadap waktu di planet-planet ini (exoplanet),” jelas Skinner.

WASP-121b hanya satu dari ribuan exoplanet yang sedang diamati NASA. Planet seukuran Jupiter ini berjarak sekitar 880 tahun cahaya dari Bumi. Pada siang hari, planet yang sangat panas ini akan mencapai 3.450 derajat fahrenheit.

Dalam keadaan tertentu, suhu atmosfer bagian atasnya bisa mencapai 4.600 derajat fahrenheit. Hal ini terjadi karena sinar ultraviolet dari bintang induknya, lebih panas dari Matahari, memanaskan atmosfer bagian atas dan membantu proses pelepasannya.