JAKARTA - Orbit Bridge, sebuah protokol yang memungkinkan transfer aset dan data antara berbagai jaringan blockchain, menjadi korban serangan siber pada awal tahun 2024. Serangan ini mengakibatkan kerugian lebih dari 81,5 juta dolar AS (Rp1,2 triliun) dalam bentuk cryptocurrency yang dicuri oleh para peretas.
Serangan ini pertama kali diketahui oleh seorang pengguna bernama Kgjr, yang mengirimkan pesan peringatan di media sosial tentang adanya aktivitas mencurigakan di protokol Orbit Bridge. Menurut Kgjr, para peretas telah menguras sebagian besar aset yang tersimpan di protokol tersebut, termasuk USDT, USDC, DAI, WBTC, dan ETH.
Tim Orbit Chain, yang mengembangkan protokol Orbit Bridge, mengkonfirmasi kejadian tersebut dan mengatakan bahwa mereka sedang berupaya untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka juga mengklaim bahwa mereka telah menghubungi para peretas melalui dua pesan yang dikirimkan ke dompet yang digunakan untuk menarik aset yang dicuri. Namun, mereka tidak menjelaskan apa tujuan dari pesan tersebut.
Orbit Chain juga mengumumkan bahwa mereka telah berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum dan bursa cryptocurrency utama untuk melacak dan membekukan aset yang dicuri. Mereka juga meminta maaf kepada pengguna yang terkena dampak dan berjanji untuk memberikan informasi terbaru melalui saluran resmi mereka.
BACA JUGA:
Sementara itu, seorang penyelidik keamanan siber bernama Tay mengungkapkan bahwa serangan ini diduga dilakukan oleh kelompok peretas Korea Utara, yang dikenal dengan nama Lazarus Group. Tay mengatakan bahwa metode yang digunakan oleh para peretas mirip dengan serangan-serangan sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
Tay juga mengingatkan bahwa kelompok peretas Korea Utara merupakan ancaman serius bagi industri crypto, karena mereka memiliki motif politik dan ekonomi untuk melakukan serangan. Dia memperkirakan bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun yang penuh dengan serangan siber terhadap protokol jembatan antar-blockchain, yang merupakan salah satu teknologi kunci untuk menciptakan interoperabilitas antara berbagai jaringan blockchain.
Orbit Bridge adalah salah satu contoh dari protokol jembatan antar-blockchain, yang bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi dan pertukaran aset dan data antara berbagai blockchain. Protokol ini mendukung berbagai jaringan blockchain, seperti Ethereum, Binance Smart Chain, Polygon, Solana, dan lainnya.
Protokol jembatan antar-blockchain memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi di ruang crypto, tetapi juga rentan terhadap serangan siber. Menurut laporan dari CipherTrace, sebuah perusahaan analisis blockchain, setidaknya 1,7 miliar dolar AS (Rp 26,3 triliun) hilang akibat serangan siber terhadap protokol jembatan antar-blockchain selama tahun 2023.
Untuk menghindari kerugian akibat serangan siber, pengguna protokol jembatan antar-blockchain disarankan untuk selalu waspada dan berhati-hati. Pengguna juga harus menghindari penipuan yang menawarkan kompensasi atau pengembalian dana atas nama protokol yang diserang. Selain itu, pengguna harus selalu memeriksa sumber informasi dan mengikuti perkembangan terbaru dari protokol yang mereka gunakan.