Bagikan:

 

JAKARTA – TikTok mengakui bahwa mereka sedang mengalami masa sulit karena perang Israel dan Hamas. Pasalnya, konten antisemitisme dan Islamofobia di platform mereka meningkat.

Konten penuh kebencian yang terus bermunculan bisa merugikan lebih banyak pihak. Oleh karena itu, TikTok mengumumkan bahwa mereka telah membentuk satuan tugas anti-kebencian dan diskriminasi untuk menindak penyebar konten.

Selain menciptakan tim baru, TikTok juga meningkatkan sistem moderasi konten di platformnya. Mereka berencana meluncurkan Mode Peduli Komentar untuk mengontrol atau memfilter komentar yang tidak diinginkan oleh para pengguna.

Jika fitur Mode Peduli Komentar diaktifkan, algoritme TikTok akan mempelajari berbagai komentar yang pernah dihapus atau dilaporkan pengguna. Fitur ini akan membuat komentar serupa tidak muncul kembali.

TikTok sudah menguji filter ini kepada pembuat konten. Dari data yang mereka miliki, sejumlah pembuat konten yang menggunakan filter ini mengalami penurunan komentar yang merugikan dan serupa dengan yang pernah dilaporkan. Jumlahnya menurun hingga 30 persen.

Filter ini masih dikembangkan oleh TikTok dan baru dimasukkan ke pengujian beta. Mereka akan terus meningkatkan kekurangan dari fitur tersebut agar para pengguna bisa merasa nyaman selama menggunakan TikTok.

Sementara itu, TikTok mengatakan bahwa konten berupa ujaran kebencian, disinformasi, dan pelanggaran kebijakan yang lain terus mereka tangani. Sejak 7 Oktober hingga akhir November lalu, TikTok menyatakan bahwa mereka telah menghapus lebih dari 1,3 juta konten.

TikTok menekankan bahwa mereka tidak akan memberikan toleransi kepada pembuat konten atau pengguna yang menyebarkan ideologi kebencian. Dari seluruh tindakan mereka sejauh ini, TikTok bertekad melindungi pengguna dari masalah antisemitisme dan Islamofobia.