Revolusi Dirgantara Ramah Lingkungan: Pesawat Listrik Siap Uji Coba untuk Mengurangi Emisi Karbon
Pathfinder 1 dari LTA Research (foto: dok. LTA Research)

Bagikan:

JAKARTA - Dalam menghadapi krisis pemanasan global yang memicu bencana alam dan kepunahan hewan, serta upaya besar untuk beralih ke energi hijau, penerbangan melalui udara mungkin menemukan solusi di masa depan yang lebih ramah lingkungan. Sebuah artikel terbaru dari Popular Mechanics memberikan sorotan pada kebangkitan pesawat listrik sebagai alternatif yang menjanjikan dalam usaha untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh pesawat jet.

Para ilmuwan, pemerintah, insinyur, aktivis, dan pencinta bumi berlomba-lomba mencari cara untuk meninggalkan bahan bakar fosil demi energi hijau. Beberapa langkah yang jelas, seperti mengganti mesin pembakaran dalam dengan motor listrik (EVs) dan mempensiunkan pembangkit listrik yang mencemari CO2 dengan mengadopsi energi angin, surya, dan nuklir, sudah menjadi langkah bijak. Namun, ada tantangan besar yang perlu diatasi: pesawat jet komersial yang terkenal karena memuntahkan karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur oksida, dan nitrogen oksida ke atmosfer—semua oksida buruk.

Dalam menghadapi tantangan ini, pesawat udara —kapal udara yang lebih ringan dari udara—muncul kembali sebagai fokus utama dalam dunia penerbangan. Artikel tersebut menyoroti beberapa perusahaan yang sedang mengembangkan airship listrik, seperti LTA Research di California, Flying Whales di Prancis dan Kanada, serta Hybrid Air Vehicle di Inggris. Dukungan finansial dari tokoh seperti Sergey Brin, pendiri Google, dan investasi besar dari pemerintah Prancis menunjukkan bahwa banyak pihak percaya bahwa airship memiliki masa depan yang cerah.

Pesawat yang dikembangkan saat ini sangat berbeda dari versi historisnya. Bahan-bahan modern seperti Kevlar, serat karbon, ripstop nylon, dan sel bahan bakar hidrogen menjadi bagian dari desain mereka. Pathfinder 1 dari LTA Research,  yang dianggap sebagai Rolls-Royce dari generasi baru pesawat udara, menggunakan teknologi lidar untuk mengukur volume helium secara real-time dan mengoptimalkan daya dorong dengan bahan-bahan canggih.

Peran utama yang diharapkan dari pesawat ini adalah sebagai pengangkut kargo, bukan sebagai sarana transportasi penumpang. Meskipun tidak secepat pesawat jet, pesawat ini dapat memberikan kontribusi besar dalam mengurangi emisi karbon global, terutama untuk pengiriman kargo melintasi lautan. Sebuah visi menarik muncul dengan konsep pesawat tenaga surya yang dapat mengurangi emisi transportasi kargo hingga satu persen dibandingkan dengan pesawat konvensional.

Meskipun tantangan teknologi dan politik masih menghadang, investasi besar dari miliarder dan dukungan dari pemerintah, termasuk melalui rancangan undang-undang iklim Presiden AS Joe Biden, menandakan perubahan momentum positif dalam industri ini. Apakah pesawat udara akan menjadi bagian dari solusi Amerika Serikat untuk mendekarbonisasi penerbangan atau bukan, masih menjadi pertanyaan besar yang perlu dijawab.