JAKARTA – Selain fokus dengan misi eksplorasi menggunakan robot pendarat, Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA) juga fokus pada pengembangan drone atau pesawat terbang tanpa awak.
Pada Maret tahun ini, JAXA bekerja sama dengan ACSL, perusahaan pengembang drone, untuk membuat propeler dengan nama Looprop. Proses pengembangan propeler ini dirangkum dan dirilis dalam artikel terbaru JAXA.
Awalnya, drone SOTEN milik ACSL menggunakan propeler dengan bentuk dasar yang digunakan drone pada umumnya. Namun, propeler ini menciptakan kebisingan yang membuat lingkungan sekitar bisa dibuat tidak nyaman.
Dengan permasalahan suara ini, JAXA dan ACSL berupaya mengembangkan propeler baru yang mampu menghasilkan kebisingan minim. Pada proses ini, Looprop hadir dengan ukuran serupa angka delapan dan memiliki lengkungan yang besar.
“Kunci untuk mencapai tingkat kebisingan yang rendah adalah kelengkungan baling-baling yang besar. Hal ini memungkinkan baling-baling melakukan interaksi lembut dengan udara sekitar selama rotasi sehingga menghasilkan efek pengurangan kebisingan,” kata Karyawan JAXA, Eiji Shima.
BACA JUGA:
Saat pertama kali dikembangkan, Shima dan timnya menyimulasikan parameter geometri berupa prototipe Looprop. Namun, penelitian ini tidak berjalan dengan baik karena bentuknya yang tipis dan ringan justru membuat Looprop menjadi lemah.
Penelitian kedua dilanjutkan untuk memodifikasi ketebalannya dengan tetap menjaga bobot dan desain sebelumnya. Beruntungnya, penelitian kedua ini berjalan dengan sempurna sehingga Looprop akhirnya diluncurkan.
JAXA dan ACSL menggunakan bahan yang umum dalam pengembangan model Looprop. Oleh karena itu, JAXA mengeklaim bahwa Looprop tidak hanya dibuat untuk drone, tetapi juga untuk alat lainnya yang membutuhkan propeler.