Bagikan:

 

JAKARTA – Selama dua tahun berdiri di Indonesia, Confluent berusaha menggerakan data secara real time dengan menggunakan platform cloud-native lengkap yang bisa beroperasi di mana saja.

Cloud-native telah membantu Confluent untuk bekerja di lingkungan on-prem, server di internal perusahaan. Pendekatan perangkat lunak ini juga bisa mengelola aplikasi di lingkungan multi dan hybrid dengan keamanan yang tinggi.

Teknologi cloud native merupakan pendekatan untuk menjalankan program  suatu software dengan mengoptimalkan layanan cloud. Dengan pendekatan ini, Confluent berusaha membantu perusahaan dalam menyimpan, memproses, hingga mengatur data secara cepat.

Sejauh ini, Confluent yakin bahwa mereka bisa menyasar lebih banyak perusahaan di Indonesia. Pasalnya, teknologi Apache Kafka yang mereka gunakan sudah banyak digunakan di dunia dan bisa dikatakan sebagai komponen utama untuk data streaming.

“Kami memiliki keyakinan bahwa sepertinya hampir semua perusahaan di Indonesia, yang sudah memberikan layanan langsung kepada pelanggan, pasti menggunakan teknologi Apache Kafka,” kata Vice President Asia Confluent, Rully Moulany.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Rully menyatakan bahwa Apache Kafka adalah de facto teknologi yang memang digunakan untuk mengalirkan data secara real-time sehingga Confluent merupakan alternatif utama untuk banyak perusahaan.

Selain itu, Rully mengatakan bahwa perusahaannya akan menyasar seluruh sektor, bahkan perbankan hingga pemerintahan. Apa pun jenis perusahaannya, Confluent harus memastikan terlebih dahulu bahwa mereka memiliki teknologi dan kompetensi yang mumpuni.

Meski saat ini layanan data streaming berbasis cloud native sudah banyak digunakan, masalah harga mungkin menjadi salah satu tantangan dari pendekatan ini. Menurut Rully, harga yang tinggi merupakan sesuatu hal yang wajar.

Pasalnya, kenyamanan yang dihadirkan dengan pendekatan ini memerlukan cost yang tinggi untuk membangun infrastruktur, jaringan, dan kebutuhan operasional lainnya untuk menjaga keamanan data.

“Secara operasional kan kita enggak ingin data kita tidak aman. Inggin secure. Jadi saya rasa semua konsiderasi itu yang menentukan harga daripada layanan cloud,” jelas Rully kepada VOI.

Namun, tidak menutup kemungkinan harga yang ditawarkan oleh teknologi vendor bisa turun. Menurut Rully, semua ini kembali kepada permintaan konsumen. “Semakin banyak pengguna, biaya cost-nya semakin turun.”

Terlepas dari biayanya, solusi teknologi ini harus aman secara keseluruhan. Rully mengatakan bahwa pertahanan siber dikembangkan dari berbagai sisi, mulai dari tata kelola berdasarkan kebijakan hingga perspektif pihak yang menjalankan data.

“Sebagai provider solusi teknologi, tentu saja kami sudah memiliki fitur-fitur yang build-in di dalam solusi kami sehingga penerapan teknologi tersebut bisa diadopsi apa pun tata kelola yang dimiliki oleh perusahaan orang-orang yang menjalankan,” ujar Rully.