Bagikan:

JAKARTA - Sebuah kelompok yang mewakili 83 media Spanyol telah mengajukan gugatan sebesar 550 juta euro (Rp9,2 triliun) terhadap pemilik Facebook, Meta Platforms Inc., dengan alasan persaingan tidak sehat di pasar periklanan, dalam kasus yang dapat diulang di seluruh Uni Eropa.

Asosiasi media AMI mengatakan dalam pernyataan pada Senin 4 Desember bahwa gugatan tersebut diajukan secara kolektif oleh surat kabar dengan pengadilan perdagangan pada Jumat, 1 Desember, dan menuduh Meta melanggar aturan perlindungan data Uni Eropa antara tahun 2018 dan 2023.

Surat kabar tersebut berpendapat bahwa penggunaan "masif" dan "sistematik" data pribadi pengguna platform Facebook, Instagram, dan Whatsapp oleh Meta memberinya keuntungan tidak adil dalam merancang dan menawarkan iklan personal, yang mereka anggap sebagai persaingan tidak sehat.

Meta sendiri tidak segera menanggapi permintaan komentar atas gugatan itu. Sumber Meta yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan perusahaan belum menerima dokumen hukum yang terkait gugatan tersebut.

Para penggugat, termasuk Prisa  - yang menerbitkan surat kabar utama Spanyol, El Pais, - dan Vocento, pemilik ABC, mengklaim bahwa sebagian besar iklan yang ditempatkan oleh Meta menggunakan data pribadi yang diperoleh tanpa persetujuan dari klien.

Hal ini, menurut mereka, melanggar Peraturan Perlindungan Data Umum Uni Eropa yang berlaku sejak Mei 2018 yang menuntut agar setiap situs web meminta izin untuk menyimpan dan menggunakan data pribadi.

"Tentu saja, di negara-negara UE lainnya, proses hukum serupa dapat diinisiasi karena ini berkaitan dengan dugaan pelanggaran peraturan Eropa," kata Nicolas Gonzalez Cuellar, seorang pengacara yang mewakili surat kabar, dikutip VOI dari Reuters.

Gugatan ini merupakan upaya terbaru media konvensional untuk melawan raksasa teknologi di pengadilan guna melindungi wilayahnya.

Di seluruh dunia, organisasi media telah berjuang di pengadilan dan parlemen untuk membuat raksasa teknologi membayar biaya yang adil atas penggunaan dan berbagi kontennya.

Media Spanyol telah mencetak kemenangan melawan layanan Google News milik Alphabet, yang ditutup oleh pemerintah pada tahun 2014 sebelum dibuka kembali pada tahun 2022 dengan undang-undang baru yang memungkinkan media bernegosiasi langsung dengan raksasa teknologi itu.

Setelah kasus Spanyol, beberapa negara, seperti Kanada awal tahun ini, telah memberlakukan regulasi yang dirancang untuk membuat raksasa internet membayar berita