Bagikan:

JAKARTA - Sebagai upaya menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah melalui Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan  Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) tengah membuat Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial, guna memperkuat daya saing nasional.

“Dalam upaya tersebut, Kementerian Koordinator Ekonomi saat ini sedang mempersiapkan sebuah strategi nasional ekonomi digital 2030. Sementara, kita meyakini bahwa strategi nasional kecerdasan artifisial telah kita kembangkan dan kita hasilkan di tahun 2020,” ujar Ketua Umum KORIKA Hammam Riza konferensi pers Kerjasama Pengembangan Large Language Model (LLM) Bahasa Indonesia antara GLAIR.ai, Datasaur.ai, BRIN, KORIKA, dan AISG, pada Kamis, 30 November di Jakarta.

Meskipun demikian, Hammam mengatakan bahwa KORIKA mendapatkan amanat dari Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk segera merevisi draft Stranas Kecerdasan Artifisial, karena adanya perkembangan Generatif AI.

“Oh iya, karena itu kan nanti akan menjadi Perpres, itukan dibuat untuk jangka 2020 - 2024 gitu. Cuma waktu itu belum menangkap perkembangan yang 2 tahun terakhir ini dengan perkembangan generatif AI,” ujar Wamenkominfo Nezar Patria di waktu yang sama.

Menurut Nezar, revisi atau update ini perlu dilakukan, melihat perkembang AI yang sangat pesat, dan juga menimbulkan berbagai macam masalah, mulai dari bias, halusinasi, dan juga diskriminasi.

“Nah jadi dengan di-update mungkin nanti akan menjadi lebih komprehensif gitu. Nah ini lagi dikerjakan oleh teman-teman di KORIKA,” tandasnya.

Sementara ini, Hammam menyatakan bahwa KORIKA sendiri menargetkan revisi Stranas AI ini akan rampung sebelum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 berlangsung. Agar bisa langsung diimplementasikan pada tahun 2024.

“Saya sih berharap targetnya paling lambat sebelum Pemilu, kita  sudah punya Stranas. Supaya Stranas itu bisa dipakai, untuk implementasinya di 2024, segera. Kalau nggak, terlambat lagi kita. Nanti GPT nya sudah keluar katanya AGI (Artificial General Intelligence), gara-gara dramanya di Sam Altman,” jelas Hammam.