Bagikan:

JAKARTA - Menteri ESDM RI Bahlil Lahadalia menyepakati kerja sama bidang energi dan sumber daya mineral dengan Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirat Arab (UEA) Suhail Mohammed Faraj Al Mazrouei.

Penguatan kerja sama tersebut tertuang melalui memorandum saling pengertian (MSP) yang ditandatangani kedua menteri di hadapan Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden UEA Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) di Abu Dhabi, UEA, Sabtu (23/11).

Dalam rilis Kementerian ESDM, yang dikutip di Jakarta, Minggu, disebutkan, Pemerintah Republik Indonesia dan Persatuan UEA meneguhkan komitmennya dalam memperkuat hubungan bilateral di bidang sektor energi dan sumber daya mineral.

Kedua negara sepakat untuk memperluas cakupan kerja sama mulai dari pertukaran informasi dan kebijakan, kolaborasi antarbadan usaha, pembiayaan proyek, transfer teknologi bersih, hingga pengembangan sumber daya manusia.

Sebelum penandatanganan tersebut, Menteri ESDM mendampingi Presiden Prabowo melakukan pertemuan bilateral untuk bertukar pandangan tentang isu-isu kepentingan bersama yang akan memberikan manfaat bagi kedua negara.

Menteri Bahlil juga mengutarakan pentingnya MSP bagi kedua belah pihak dalam memperdalam keterlibatan dan persahabatan kedua negara.

Hal itu terlihat dari komitmen kedua negara untuk saling meninjau kebermanfaatan dan pengalaman satu sama lain dalam rangka mendukung pembangunan sektor energi dan sumber daya mineral secara global.

"Kami percaya, dengan sinergi yang apik, Indonesia dan UEA dapat menjadi pionir dalam mentransformasi energi global," kata Bahlil usai penandatanganan.

Melalui dukungan UEA, sambungnya, Indonesia dapat mengakselerasi pengembangan sektor energi dengan pemanfaatan teknologi inovatif dan pengelolaan sumber daya mineral secara berkelanjutan.

Hal itu merupakan bagian dari salah satu perwujudan program Asta Cita, yang digalakkan Presiden Prabowo, khususnya terkait dengan swasembada energi dan hilirisasi.

"Melalui MSP ini, kita tidak hanya mempererat persahabatan, tetapi menciptakan solusi konkret dalam mengatasi tantangan energi di dalam negeri dan global," katanya.

Bahlil menyebutkan dengan adanya kerja sama tersebut dapat mendorong kolaborasi antarbadan usaha dari kedua negara dalam bidang rantai pasok mineral, yang di dalamnya termasuk pengolahan terintegrasi midstream dan downstream serta manufaktur.

"Kolaborasi ini merupakan bagian dari pengembangan EBT, termasuk inisiatif dekarbonisasi, pengurangan emisi, dan pengembangan kegiatan migas meliputi hulu dan hilir dengan mendorong teknologi dan inovasi rendah emisi," tambahnya.

Secara detail, implementasi kerja sama yang tertuang dalam MSP, meliputi sharing knowledge terkait kebijakan, strategi dan peraturan, membuka peluang pembiayaan dalam proyek carbon capture storage/carbon capture utilization storage (CCS/CCUS) dan pengembangan teknologi inovatif untuk biofuel dan hidrogen, serta meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dalam bidang energi.

Bahlil menilai perluasan kerja sama itu selaras dengan visi besar Indonesia untuk mencapai net zero emissions pada 2060.

Pemerintah optimistis dukungan dari UEA dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci di sektor energi global.

Dengan ditandatanganinya MoU itu, Indonesia dan UEA menegaskan komitmen untuk tidak hanya beradaptasi dengan perubahan zaman, tetapi juga memimpin transformasi energi yang berkelanjutan dan inklusif.

"Ini tentang legacy sektor energi yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang," kata Bahlil.