JAKARTA - Google Translate, layanan penerjemah dari Google, dulunya bekerja secara literal, tetapi kini tidak lagi. Mulai 10 November lalu, Google Translate mampu memahami homonim.
Pemahaman konteks homonim merupakan bukti bahwa Google berhasil meningkatkan mesin penerjemah mereka. Pasalnya, layanan penerjemah ini dulunya tidak begitu valid karena masih terkesan menerjemahkan lewat kata demi kata.
Google mengatakan bahwa mereka awalnya menggunakan pendekatan statistik. Metode ini memang tidak terlalu baik untuk beberapa hal, khususnya dalam mengenali dua kata dengan penyebutan dan arti yang berbeda atau disebut dengan homonim.
Demi meningkatkan user experience dari Google Translate, Google berusaha meningkatkan pembelanjaran mesin dari layanan penerjemah itu. Hasilnya, Google Translate kini bisa memahami konteks dari kalimat hingga memecahkan homonim.
Pada tahun 2016, Google melakukan transisi besar ke mesin berbasis saraf murni. Transisi ini membuat Google Translate menjadi lebih akurat karena pemahaman konteks dari keseluruhan kalimat dan paragraf.
Namun, peralihan mesin ini tidak serta-merta membuat Google Translate mampu memecahkan masalah homonim. Layanan penerjemah ini masih harus diperbaiki agar terdengar lebih alami dan mengesankan.
BACA JUGA:
“Model yang kami jalankan saat ini tiga atau empat kali lebih besar dibandingkan model yang pertama kali kami luncurkan dan bekerja lebih cepat,” kata Direktur Teknik Google Macduff Hughes.
Dengan hadirnya eksperimen Kecerdasan Buatan (AI) generatif terbaru di Search Labs, kini Google bisa memamerkan kemampuan pendeteksian kata homonim di Google Translate. Cara penggunaannya tetap sama seperti biasa, tetapi pengguna perlu mengaktifkan AI generatif Google terlebih dahulu.
Untuk mengaktifkan Search Generative Experience (SGE), pengguna cukup mencari Search Labs di kolom pencarian Chrome atau aplikasi Google di perangkat seluler. Kemudian, buka situs web dari Search Labs dan aktifkan fiturnya.