China Klaim Teroris Gunakan Senjata Genetik Buatan AI  Menargetkan Ras Tertentu
Ilustrasi pakaian anti-Covid. (foto: dok. pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Keamanan Negara China merilis pernyataan melalui WeChat yang mengumumkan bahwa 'organisasi non-pemerintah tertentu' merekrut 'sukarelawan' China untuk mengumpulkan data distribusi biodiversitas dengan dalih penelitian spesies biologis.

Pernyataan tersebut mencatat bahwa negara-negara asing ini sedang mengembangkan senjata yang mencari perbedaan genetik yang terkait dengan etnisitas atau ras.

Pernyataan ini muncul setelah calon presiden independen Robert F. Kenndey Jr mengklaim bahwa Covid-19 'ditargetkan secara etnis' agar tidak berdampak pada orang-orang Yahudi atau Tionghoa.

"Dibandingkan dengan senjata biologis dan senjata kimia tradisional, senjata genetik lebih mudah disembunyikan, menipu, mudah menyebar, berbahaya dalam jangka panjang, sulit untuk dicegah, sulit diisolasi, dan biayanya rendah. Begitu digunakan dalam perang, konsekuensinya akan sangat merusak,' demikian yang ditulis oleh kementerian tersebut dikutip VOI dari DailyMail.

Perintah besar dari Presiden AS Joe Biden bertujuan untuk memastikan pengujian keamanan model seperti ChatGPT dari OpenAI dan Bard dari Google dilakukan, dan pejabat pemerintah meninjau hasil sebelum mereka diumumkan secara publik.

Presiden meyakini bahwa metode ini akan memastikan AI tidak digunakan untuk menciptakan senjata nuklir atau senjata biologis dan genetik.

Sementara itu, China meyakini bahwa negaranya adalah target, namun calon presiden Robert Kennedy Jr sebelumnya menyatakan bahwa China-lah yang mengembangkan senjata biogenetik etnis. RFK juga mencatat bahwa Covid-19 dirancang untuk menghindari orang-orang Yahudi dan Tionghoa.

Kementerian Keamanan Negara China mengklaim bahwa negara-negara asing ini dapat menyerang rakyatnya karena organisasi ini menggunakan warga China untuk mencuri data spesies, yang diunggah ke aplikasi ponsel pintar.

Menurut Global Times, jika model AI diberi cukup sampel genetik manusia, ia dapat menganalisis dan memahami karakteristik genetik unik dari setiap kelompok etnis.

"Menjaga biokeamanan adalah tanggung jawab bersama semua masyarakat. Setiap orang harus memiliki rasa keselamatan biologis dan mengambil pelajaran dari pengalaman dalam menghadapi risiko biokeamanan, seperti keadaan darurat kesehatan masyarakat," kata kementerian itu.

Kabar ini muncul dua tahun setelah laporan yang mengklaim ilmuwan China sedang mempersiapkan Perang Dunia Ketiga yang akan menggunakan senjata biologis dan genetik.

Dalam laporan mengejutkan tersebut, mereka mengklaim bahwa senjata tersebut akan menjadi 'senjata inti untuk kemenangan' dalam konflik semacam itu. Mereka bahkan merinci kondisi sempurna untuk melepaskan senjata biologi dan mendokumentasikan dampaknya pada 'sistem medis musuh.'

Bukti terbaru bahwa Beijing telah mempertimbangkan potensi militer coronavirus SARS sejak tahun 2015 juga meningkatkan ketakutan baru tentang penyebab Covid-19, di mana beberapa pejabat masih meyakini bahwa virus tersebut mungkin berasal dari laboratorium China.