JAKARTA - Seiring perkembangan teknologi, berkembang pula metode baru spionasi atau mata-mata. Bahkan tanpa disadari pengguna smartphone.
Baru-baru ini perusahaan teknologi, yang bertugas mengumpulkan dan mengolah data tersebut mendapati aplikasi muslim bernama Salaat First yang disebut menjual informasi penggunanya ke kontraktor pemerintah Amerika Serikat (AS).
Diketahui, perusahaan pengembang menjual sebagian data pengguna ke perusahaan rekanan asal Perancis bernama Predicio. Selanjutnya, firma tersebut menjual data yang tersedia ke agensi pemerintah AS –termasuk FBI dan ICE, serta Customs and Border Protection.
Salaat First merupakan aplikasi pengingat ibadah yang sudah diunduh lebih dari 10 juta pengguna pada ponsel Android. Untuk menjalankan layananya, aplikasi meminta akses ke berbagai jenis data dari perangkat. Mulai dari data lokasi, penyimpanan, IP perangkat, hingga jaringan.
“Pelacakan yang berlangsung sepanjang hari memberi banyak jenis informasi, dan seharusnya tidak dipakai untuk merugikan Anda, terutama jika Anda tidak menyadarinya,” terang sumber rahasia yang dihubungi Vice.
BACA JUGA:
5 Aplikasi Keagamaan
Peristiwa ini menjadi menandai betapa mudahnya aplikasi keagamaan dipakai untuk memanen data. Serta, bagaimana informasi sensitif pengguna mudah diperjualbelikan.
Berdasarkan ujicoba Motherboard, yang berhasil membeli dan mendapatkan data tersebut, pemilik bisa dengan mudah melacak lokasi dan aktivitas pengguna tertentu. Melalui layar, terpampang jelas lokasi pengguna –yang ponselnya mengirimkan data lokasi setiap dua menit sekali.
Tanpa diketahui pengguna, aplikasi Salaat First (Prayer Times), mampu merekam serta menjual lokasi pengguna (yang ditampilkan dalam bentuk titik-titik di layar).
Berita mengenai bocornya Salaat First bukanlah yang pertama. Sepanjang Januari, media menemukan sejumlah aplikasi keagamaan yang ketahuan mengumpulkan dan menjual data sensitif milik pengguna. Contohnya seperti Muslim Pro, yang juga ketahuan menjual data lokasi pengguna ke perusahaan benama X-Mode Social.
Setelah penelusuran Motherboard, diketahui bahwa perushaaan tersebut menjual data-data yang dikumpulkannya ke pihak militer Amerika Serikat (AS) via kontraktor. Usai Motherboard melaporkan kabar tersebut, Apple dan Google pun membolir X-Mode dari toko aplikasi masing-masing.
Kini, berdasarkan laporan terbaru dari Vice, Google sudah mengirim surat peringatan kepada pengembang aplikasi Salaat First. Peringatan tersebut berisi perintah untuk menghapus kode lokasi dari Predicio dalam waktu tujuh hari.
Jika peringatan tersebut tidak dilakukan, Google terpaksa menghapus aplikasi Salaat First dari Play Store. Saat tim VOI menelusuri Play Store, pengguna Indonesia masih menemukan aplikasi ini. Pada halaman Play Store, aplikasi yang dikembangkan Hicham Boushaba ini mendapat rating 4,7.
Sementara itu, aplikasi sejenis sudah dihapus dari toko aplikasi App Store. Hanya saja, Vice memberi peringatan bahwa masih ada beberapa aplikasi keagamaan sejenis yang disinyalir menjual data pengguna.
Aplikasi keagamaan anyar yang menggantikan layanan lama tersebut bernama “Prayer Times: Qibla Compass, Quran MP3 & Azan”; “Qibla Finder: Prayer Times, Quran MP3 & Azan”; “Qibla Compass – Prayer Times, Quran MP3 & Azan”.
Aplikasi Qibla Compass di Indonesia berubah namanya menjadi “Kiblat – Ramadhan 2020, Waktu, Sholat, Al-Quran”. Aplikasi ini sudah diunduh 5 juta pengguna serta memiliki rating 4.4 pada Play Store.