JAKARTA - Emisi Karbon dioksida (CO2) diperkirakan akan mencapai angka tertinggi tahun ini menurut para ilmuwan, sebagaimana dilansir dari Dailymail. Padahal, CO2 sempat diprediksi turun sekitar lima persen.
Sejauh ini, proyeksi dari emisi karbon menunjukkan bahwa seluruh kendaraan dan sektor pabrik akan menghasilkan emisi yang lebih tinggi, yaitu 0,5 persen hingga 1,5 persen. Persentase ini menjadi tantangan sulit dalam menghadapi perubahan iklim.
Seluruh negara telah berupaya mencegah pemanasan global melalui Perjanjian Paris. Bahkan 195 negara ikut serta di dalamnya demi menekan pemanasan global hingga 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri.
Namun, melihat pada penelitian yang dilakukan Direktur Penelitian CICERO Glen Peters, Perjanjian Paris akan mengalami kendala. Pasalnya, mereka perlu waktu 5 tahun untuk menekan angka pemanasan global, tetapi tahun ini diprediksi sebagai angka emisi karbon tertinggi.
Emisi karbon yang tinggi ini tentu sangat mungkin terjadi karena banyak negara dan masyarakatnya tengah memulihkan perekonomian mereka pasca terjadinya pandemi Covid-19.
BACA JUGA:
Selain itu, krisis energi juga muncul karena invasi Rusia ke Ukraina, ditambah dengan perang antara Israel dan Hamas yang telah berlangsung selama hampir dua minggu.
Berbagai perangkat keras militer yang akan digunakan mungkin akan menghasilkan emisi karbon lebih banyak dari yang pernah dibayangkan. Jika hal ini terjadi, pemanasan global akan semakin sulit diatasi.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahaya dari suhu global yang melewati batasnya. Jika suhu global lebih dari 1,5 derajat celsius di atas suhu pra-industri, iklim bumi akan mengalami bahaya yang serius.