Bagikan:

JAKARTA - Dalam laporan terbarunya mengenai pasar aset digital, perusahaan investasi besar, VanEck, telah mengungkapkan beberapa masalah yang dihadapi oleh proyek kripto Avalanche (AVAX). Mereka menilai bahwa Avalanche mengalami sejumlah kendala yang cukup serius.

Analisis dari tim VanEck menunjukkan bahwa aktivitas di dalam jaringan Avalanche, yang disebut C-Chain, mengalami penurunan yang signifikan. Pada bulan September, biaya yang dikenakan dalam jaringan ini hanya sekitar $11.000 (Rp173 jutaan) per hari, turun 98,9% dari level tertingginya dua tahun lalu.

VanEck juga mencatat bagaimana pada musim gugur tahun 2021, Avalanche mencapai kesuksesan finansial dengan C-Chain yang mendukung mesin virtual Ethereum (EVM). Saat itu, C-Chain memiliki lebih dari $10 miliar (Rp157 triliun) total nilai terkunci (TVL) dalam smart contract-nya, menghasilkan biaya sekitar $1 juta (Rp15,7 miliar) per hari, dan memiliki lebih dari 100.000 pengguna aktif harian.

Namun, pada September 2023, jumlah TVL bernilai Rp157 triliun itu merosot drastis menjadi $500 juta (Rp7,8 triliun) TVL, biaya harian hanya sekitar $11.000 (Rp173 jutaan), dan jumlah pengguna aktif harian turun menjadi 34.000.

VanEck menyampaikan bahwa walaupun Avalanche memiliki teknologi yang kuat, proyek ini tidak memiliki keunggulan yang setara dengan Ethereum atau pesaing Ethereum lainnya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan dari modal ventura (VC) dan komunitas pengembang yang lebih kecil.

Mereka menyatakan, "Meskipun kami memiliki keyakinan dalam kemampuan teknis Avalanche, kami meragukan apakah proyek ini mampu menggunakan kekuatan pemasarannya untuk menarik pelanggan perusahaan yang diperlukan untuk membangkitkan kembali jaringan Avalanche. Selain itu, dengan basis pengembang yang berkurang cepat dan modal VC yang beralih dari proyek kripto utama, prospek jangka panjang Avalanche menjadi sulit."

Salah satu hal yang diungkapkan adalah bahwa Avalanche tidak memiliki basis pengembang yang kuat atau dukungan dari Jump Capital untuk mencapai skala transaksi 1 juta transaksi per detik (TPS), serta tidak memiliki ekosistem pengembang dan modal yang kuat seperti yang dimiliki Ethereum.

Meskipun demikian, VanEck mengakui bahwa dalam pasar yang bergerak naik, segala sesuatu mungkin terjadi, dan mereka terus memantau untuk melihat apakah Avalanche akan menghadirkan solusi teknis yang menarik untuk masalah-masalah kompleks dalam dunia blockchain. Namun, sampai Avalanche mampu menarik pengguna baru dengan aplikasi yang menarik, AVAX mungkin akan mengalami tantangan yang berkelanjutan.