Bagikan:

JAKARTA - Harga token asli Avalanche, AVAX, baru-baru ini merosot di bawah ambang batas Rp150 ribuan. Penurunan ini merupakan yang terendah sejak Januari 2021, menurut data dari CryptoSlate.

Dalam 24 jam terakhir, nilai AVAX mengalami penurunan sebesar 1,3%, membuat harganya merosot menjadi Rp140 ribuan. Penurunan ini telah berdampak pada penurunan sebesar 14,5% dalam sebulan terakhir dan penurunan besar sekitar 50,5% dalam setahun terakhir.

Penyebab Harga AVAX Turun

Penurunan harga AVAX terjadi seiring dengan penurunan aktivitas di ekosistem Avalanche, seperti yang dilaporkan oleh data DeFillama. Total nilai yang terkunci (TVL) di Avalanche telah menurun dari 11 miliar dolar AS (Rp169 triliun) pada November 2021 menjadi hanya 497 juta dolar AS (Rp7,6 triliun) saat ini. Secara khusus, TVL untuk AVAX juga telah mengalami penurunan, dari 135 juta AVAX pada Mei 2022 menjadi hanya 53 juta AVAX saat ini.

Penurunan TVL merupakan indikator masalah yang lebih dalam, yaitu penurunan aktivitas dalam jaringan Avalanche. Dalam 24 jam terakhir, Avalanche hanya memiliki 30.000 pengguna aktif dengan arus masuk sebesar 1,57 juta dolar AS (Rp23 miliar), volume perdagangan sekitar 10,8 juta dolar AS (Rp166 miliar), dan biaya transaksi sebesar 7.882 dolar AS (Rp121 jutaan).

Pengembangan AVAX Masih Berlanjut

Meskipun harga AVAX mengalami penurunan, ekosistem Avalanche terus menarik perhatian dalam hal pengembangan baru, yang menunjukkan ketahanan jaringannya yang kuat.

Pada bulan Mei, Avalanche bermitra dengan Alibaba Cloud untuk menciptakan platform penyebaran metaverse berbasis blockchain yang disebut Cloudbase. Selain itu, jaringan ini juga bermitra dengan Amazon Web Services (AWS), platform komputasi awan terkemuka, pada bulan Januari.

Selain itu, penerbit stablecoin Circle meluncurkan stablecoin Euro Coin di blockchain Avalanche, menambah keragaman ekosistemnya. Meskipun ada penurunan harga AVAX, perkembangan positif dalam ekosistem Avalanche terus memperkuat posisinya di dunia kripto.