JAKARTA - Korea Selatan telah bergabung dengan negara-negara yang melakukan uji coba untuk mengeksplorasi infrastruktur teknis yang diperlukan untuk mata uang digital bank sentral (CBDC).
Pada tanggal 4 Oktober, Bank of Korea, bersama dengan regulator keuangan seperti Financial Services Commission (FSC) dan Financial Supervisory Service (FSS), mengumumkan rencana peluncuran uji coba mata uang digital pada akhir bulan ini. Inisiatif ini merupakan kolaborasi antara lembaga-lembaga tersebut untuk mengevaluasi sistem moneter masa depan yang berpotensi bergantung pada "CBDC grosir."
Bank-bank komersial di Korea Selatan akan berpartisipasi dalam program percontohan CBDC ini. Mereka akan menerbitkan instrumen pembayaran dalam bentuk setoran token yang dapat diakses oleh masyarakat umum, termasuk lembaga swasta dan publik, melalui jaringan CBDC yang dikeluarkan oleh bank sentral. Peluncuran platform ini dijadwalkan pada bulan ini, dan pengujian CBDC diharapkan akan berlanjut hingga akhir tahun depan.
Selain bank komersial, Bank for International Settlements (BIS) juga akan ikut serta dalam program percontohan ini untuk memberikan panduan teknis dan keahlian kepada para pengguna.
BACA JUGA:
Korea Selatan sebelumnya telah mengumumkan rencananya untuk menjelajahi potensi CBDC pada tahun 2020, dengan fokus awal pada CBDC grosir yang dirancang untuk penyelesaian transfer antar bank dan transaksi grosir lainnya. Namun, program percontohan yang akan datang mencerminkan perubahan signifikan dalam rencana tersebut, karena akan mencakup eksplorasi CBDC ritel dan grosir.
Pada bulan Juli, Korea Selatan telah memilih tiga kota di luar ibu kota, yaitu Jeju, Busan, dan Incheon, untuk menjadi tempat peluncuran program percontohan ini. Meskipun program ini merupakan eksplorasi awal, para pemangku kepentingan menganggapnya sebagai langkah penting dalam membentuk masa depan sistem moneter.
Bank Sentral dan CBDC di Era Digital
Program percontohan CBDC Bank of Korea mencerminkan tren global di mana bank sentral di seluruh dunia semakin mendukung CBDC dalam perjalanan menuju digitalisasi. Survei BIS tahun lalu menunjukkan bahwa sekitar 93% bank sentral di seluruh dunia aktif terlibat dalam berbagai inisiatif terkait CBDC.
Pada Juli lalu, BIS melaporkan bahwa lebih dari 24 negara di seluruh dunia telah bersiap untuk mengadopsi CBDC pada tahun 2030, menandai pergeseran besar dalam lanskap keuangan global. Beberapa negara seperti Nigeria dan Bahama telah mengadopsi mata uang digital, sementara yang lain, seperti Amerika Serikat, terus mempertimbangkan pengenalan CBDC.
Di tengah perubahan ini, China telah menjadi salah satu negara yang agresif dalam mengembangkan sistem CBDC, sementara negara-negara seperti Jepang dan Inggris terus mengeksplorasi potensi penggunaan mata uang digital di masa depan.